Kamis, 16 Maret 2017

Kelemahan AS Tamrin Di Masa Transisi Kekuasaan

Kepemimpinan bagaikan sebuah momentum di dalam permainan. Seorang pemimpin harus bertindak cepat dengan situasi yang tepat ketika terjadi dinamika yang kompleks dalam masa transisi atau menghadapi detik-detik peralihan kekuasaan. Dalam kondisi seperti ini pimpinan di tuntut agar dapat mengurai setiap kalimat, sikap, dan keputusan yang kredibel. Hal ini penting untuk di lakukan agar dapat menjaga stabilitas, serta menjaga penilaian terhadap pemimpin sehingga dapat di percaya membawa keberhasilan suatu institusi. Kondisi seperti ini memang agak sedikit sulit di atasi oleh seorang pemimpin jika tidak pandai memainkan perannya. Mengambil tindakan pada situasi yang tidak tepat tentu akan berdampak buruk bagi pemimpin itu sendiri, kirisis kepercayaan dari masyarakatpun akan dengan muda datang menghampiri. Michael D.Watkins dalam artikelnya yang berjudul “Obama’s First 90 Days” mengamati kepemimpinan di awal pemerintahan Barack Obama dimasa transisi yang saat itu USA sedang di hadapi berbagai kondisi nasional yang tidak stabil.

Watkins (2009) menjelaskan bahwa sebagai seorang pemimpin, setidaknya ada 3 dimensi penting yang perlu di perhatikan yaitu : pertama Securing early wins (mengamankan kemenangan awal); Kedua Laying a foundation (melatakan suatu landasan); dan Ketiga Articulation a vision (mengartikulasikan visi). Keberhasilan Obama meraih simpati masyarakat karena di dukung dari ketiga dimensi di atas. Penelitian ini agak relevan dengan tantangan yang akan di hadapi oleh bapak AS Tamrin menjelang akhir periode pemerintahannya. Apakah AS Tamrin memiliki banyak peluang untuk menginspirasi dan menarik kepercayaan kembali masyarakatnya sebagaimana keberhasilan yang dilakukan Obama? Berikut penjabaran dengan menggunakan penejelasan dimensi tersebut dalam menganalisis masalah ini. Oleh karena itu, penulis fokus menggunakan 3 dimensi yang krusial (critical dimension) sebagai alat bantu untuk memudahkan mengevaluasi dan menyelami tantangan terberat yang akan di hadapi kedepannya oleh kepemimpinan Walikota Baubau saat ini.

(Sumber Foto : www.tribunbuton.com)

Fase pertama yaitu mengamankan kemenangan awal (securing early wins). Tujuan pertama untuk seorang pemimpin di masa transisi adalah membangun kredibelitas serta kesadaran kepada masyarakat dengan melakukan perubahan positif. Dalam konteks ini AS Tamrin tidak dapat mempertahanakan kredibelitasnya pada awal masa pemerintahannnya. Berdasarkan hasil evaluasi Kementrian Dalam Negeri yang di rilis pada 24 April 2014 yang lalu mendapatkan predikat yang tidak memuaskan. Dari 91 Kota Indonesia, Kota Baubau berada pada posisi yang paling terendah. Disisi lain ketika memasuki tahun pertama pemerintahannya, masih banyak masyarakat yang merasa tidak puas. Hasil Survei yang di lakukan oleh KNPI Kota Baubau menunjukan, sekitar 40,4 % responden yang merasa biasa-biasa saja, 29,5 % merasa tidak puas, 11,0% merasa sangat tidak puas, dan yang menjawab Sangat Puas sebanyak 1,4 %.

Fase Kedua yaitu memperkuat fondasi (Laying a Foundation). Untuk memperkuat fondasi pemerintahan dalam rangka merealisasikan agenda-agenda politiknya maka perlu membentuk tim kerja yang baik. Dalam konteks ini, pada awal pemerintahan AS Tamrin selaku walikota Baubau melakukan kebijakan mutasi kepegawaian secara masal. Kebijakan ini mendapat respon negatif dari pegawai yang di non-job tersebut karena dianggap cenderung politis dan bertentangan dengan regulasi yang berlaku (Butonpos/31 April 2013). Selama beberapa bulan, akibat kebijakannya ini di keluarkan, aksi demonstrasi yang di lakukan oleh para pegawai mewarnai panggung birokrasi Kota Baubau. Konflik di tataran birokrasi yang berlangsung cukup lama ini tentunya sangat menghambat kinerja birokrasi dalam memberikan pelayanan. Disini , AS Tamrin gagal membangun fondasi tersebut yang semestinya harus di perkuat oleh seorang pemimpin di masa-masa awal transisi kekuasaannya.

Fase Ketiga yaitu mengartikulasikan visi (Articulation a vision). Para pemimpin yang baru maupun yang akan memimpin kedepannya harus dapat segera mungkin mengkomunikasikan visi yang menarik untuk apa yang akan mereka lakukan. Pada bagian ini, masih di temuka salah satu visi AS Tamrin yang masih terlihat begitu abstrak. Visi Kota Baubau Tahun 2013-2018 terdapat tiga kata kunci, yaitu : Baubau Yang Maju, Sejahtera,dan Berbudaya. Pada bagian ini di fokuskan pada visi point ketiga yaitu berbudaya. Untuk mewujudkan pemerintahan yang berbudaya, stakeholders ditekankan untuk merealisasikan nilai PO-5 (Pobinci-binciki kuli, Pomaa-maasiaka, Popia-piara, Poangka-angkata dan Pomae-maeka). Menurut penulis, masih terdapat ketidakjelasan AS Tamrin dalam mengartikulasikan visi tersebut. Bagaimankah prinsip PO-5 tersebut jika di tuangkan dalam kerja-kerja teknis pemerintah sehingga dapat terealisasi. Serta bagaimana metode dalam mengukur pencapainnya. Pada bagian ini juga AS Tamrin terlihat lemah dalam mengartikulasikan visi tersebut untuk menarik kepercayaan masyarakat. Beliau kekurangan power untuk memotivasi publik agar tidak perlu mencemaskan situasi yang cukup menganggu dan meresahkan masyarakat. Hal ini di karenkan semangat dalam mengkampanyekan filosofi PO-5 yang memiliki nilai humanis tinggi tersebut terhapus karena secara bersamaan situasi kota saat ini terbilang tidak kondusif.

Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa tantangan bagi AS Tamrin untuk menuju periode selanjutnya nanti sudah tentu berjalan tidak muda. Namun bukan berarti pula menjadi suatu hal yang mustahil untuk tidak sukses pada perhelatan kedepannya. Beliau harus segera dapat menjawab segala kekeliruan pada awal pemerintahannya dahulu. Memainkan peran secara tepat dengan mempertimbangkan dimensi ini sehingga dapat kembali mendapatkan kepercayaan publik. Penting untuk di garis bawahi, bahwa di masa transisi baik di awal maupun di akhir pemerintahan, seorang pemimpin perlu kiranya untuk memahami dari ketiga critical dimension tersebut. Sebab, memiliki kelemahan dari salah satu dari dimensi ini akan meletakan masalah di depan, sehingga dapat berdampak negatif pada diri pemimpin itu sendiri.

Selasa, 05 Juli 2016

Ucapan Hari Raya Untuk Ibu

(Gambar : www.kompasiana.com)

Tidak ada wanita mulia yang pernah saya kenal selain dari sosok seorang ibu. Dia memang tak sesempurnah jika di bandingkan dengan perempuan terbaik yang pernah ada di masa kenabian dulu. Tapi bagiku dialah malaikat nyata yang selalu menyampaikan pesan kebaikan dari sang pencipta. Di balik warna kulitnya yang mulai kusam itu, namun di dalam hatinya telah mekar sekuntum cinta yang selalu berhembus di setiap hela napas kami. Dirinya adalah sandaran bagi kami yang tiada henti mengharapkan doanya agar selalu mendapat rahmat dari sang pencipta

Ibu...pengorbananmu memang begitu besar sampai kadang dirimu sendiri lupa kau perhatikan hanya demi anak-anakmu. Perhiasan dan pakaian indah sekejap luput dalam ingatanmu ketika harus memikirkan masa depan kami. Engkau lebih memilih hidup untuk tidak terlena dalam kemewahan dari pada harus lalai menjalankan tanggungjawab yang di titipkan oleh sang Illahi. Rela makan seadanya demi mengumpulkan modal untuk membantu kami dalam menggapai cita-cita nantinya. Bahkan di saat langkah kakimu mulai rapuh berjalan, namun kasih sayang selalu berdirih dengan kokoh di hatimu. Sifat penyayang Tuhan sepertinya sudah tergambar dengan jelas di dalam jiwamu.

Dirimu bukan semata-mata perempuan biasa yang sekedar melahirkan kami saja, tapi kapribadianmu sudah menjadi inspirasi buat saya. Wajahmu yang mulai mengeriput itu selalu menjadi benteng ketika hati ini begitu gampang tergoda untuk berbuat dosa. Perjuanganmu selalu ku jadikan senjata untuk membunuh hasrat yang mulai berlebihan mengalir secara deras di dalam diri. Apalah artinya kenikmatan sesaat  jika di balik itu semua kau masih terus memeras energi untuk kami. Melewati malam meski hanya beralaskan tikar semata, dan ketika siang kau harus kembali bergelut dengan keadaan yang kadang tak pasti.

Disaat kami bisa tertawa dan bergaul di luar sana, kau justru masih berusaha menguras segala kemampuan yang ada. Sekeras apapun rintangan hidup, dan sesakit apapun itu, semua dapat terbayarkan ketika bisa melihat kami bahagia. Sementara dalam kondisi tertentu kau terkadang menjadi bagian yang terlupakan oleh anak-anakmu. Bahkan engkau tidak pernah cemburu, ketika buah hatimu sudah menemukan pendamping hidup yang dapat mengalihkan perhatiannya yang sebenarnya juga masih sangat kamu harapkan. Namun matamu yang mulai kabur memandang sama sekali tidak pernah mencerminkan sebuah kata hati yang sedang mengeluh.

Ibu. . .maafkanlah anak yang sudah terlalu banyak menyakiti dan merepotkanmu jika karena kami kau harus terpaksa memecah kerasnya karang kehidupan ini. Terimakasih juga atas jasa-jasamu selama ini yang kesemuanya itu tidak mungkin sanggup kami membalasnya. Sebab apapun yang kita berikan tidak akan pernah sebanding dengan kasih sayang dan perjuanganmu. Saya tau karena bukan soal berapapun materi yang kau inginkan, kecuali hanya ingin bisa lebih dekat bersama sang buah hati. Engkau menaruh harapan, agar kami dapat meluangkan waktu sedikitpun untuk dapat berbagi kasih dan menemani hari-harimu yang sepi.

Tuhan jadikanlah ibu kami di hari yang fitri ini seperti Khadijah, Asiyah, Maryam, dan Fatimah sosok perempuan suci yang dapat menggetarkan surga nantinya. Lindungilah kemanapun dan di manapun dia berada. Karena kasih sayangnya begitu membekas di dalam hati dan akan selalu terkenang dalam ingatan. Mungkin hanya dengan do’a cara yang bisa saya lakukan untuk menebus segala kesalahanku selama ini kepadanya. Selamat Hari Raya Idul Fitri Ibu, kau adalah pelita yang selalu menerangi jalan hidupku.

Baubau, 05 Juli 2016

Rabu, 18 Mei 2016

Apa Dalih Di Balik Pemberitaan PKI

Akhir-akhir ini pemberitaan seputaran isu PKI gaya baru kembali marak tersebar di beberapa media masa di Indonesia. PKI gaya baru sebenarnya lebih cocok untuk sebutan style anak muda masa kini. Entah apa yang menjadi motif di balik itu semua yang seolah menceritakan bangsa ini sedang dalam keadaan darurat. Bukankah faham dan organisasi ini sudah di larang di Indonesia, apalag dengan dogma bahaya laten Komunis ini sudah sangat begitu melekat di benak masyarakat. Artinya PKI sudah sangat sulit untuk kembali tumbuh di negara ini yang mayoritas penduduknya beragama islam ini.

Lantas Apa Dalih Di Balik Hangatnya Isu Ini.?

Sebenarnya tidak ada yang perlu di takutkan jika Partai Komunis ini dapat menggerogoti kembali pemerintahan Indonesia. Isu seperti ini jika di cermati dengan baik sudah tidak begitu relevan, dan pemberitaan yang tersebar itu cenderung dramatis. Coba kita lihat beberapa negara Komunis di dunia saat ini, bahkan masyarakatnya sudah tidak percaya dan bahkan meninggalkan faham ini. Sebut saja ketika rezim feodal pemerintahan Tsar di Rusia yang mendapat perlawanan dari masyarakatnya, karena dalam praktek kepemimpinannya cenderung kapitalis yang pada akhirnya berhasil di gulingkan. Cina misalkan salah satu negara yang menggunakan faham ini juga dalam prakteknya menerapkan konsep pasar bebas yang justru dalam aktifitas keseharian masyarakatnya lebih kapitalis. Artinya masyarakatnya mulai meninggalkan faham ini karena sudah tidak sejalan dengan misi awalnya yaitu pembebasan klas, membangun kesetaraan dan lain sebaginya. 

Dahulu Partai Komunis kenapa begitu cepat tersebar dan berdiri kuat di Indonesia karena para petingginya seperti DN.Aidit mendapat dukungan negara Blok Timur di bawah kendali Rusia. Jadi sebenarnya tidak perlu ada kecemasan begitu besar yang kita beranggapan bahwa partai ini dapat muncul kembali. Bukankah saat ini situasi politik dunia sudah tidak mengenal sistem dua Blok (barat dan Timur) seperti pada saat perang dunia ke-II dulu. Apalagi sejarah kelam bangsa Indonesia pada tahun 1965 yang di motori oleh PKI saat itu sangat di musuhi oleh negara bahkan masyarakat, sehingga haram hukumnya untuk hidup kembali di tanah pertiwi ini.

Lantas Apa Dalih Di Balik Hangatnya Isu ini?

Partai Komunis memang sebuah organisasi yang berniat ingin mendirikan negara satu partai, sehingga kapanpun dapat saja mengintimidasi dan menyingkirkan pesaingnya dengan cara apapun. Tidak heran jika kekacauan yang di dalangi PKI saat itu dapat terjadi. Saya memahami apabila maraknya isu pemberitaan seperti ini sekedar mengingatkan dan mengajarkan kepada masyarakat bahwa kejahatan yang di lakukan PKI itu adalah suatu hal yang tidak di benarkan. Namun saya juga tidak mengerti mengapa masyarakat tidak di ajarkan pula bahwa pasca tragedi G-30S, ketika partai ini di basmi juga mendapatkan sikap intimidasi yang begitu besar, dan itu adalah sebuah sikap yang tidak boleh juga untuk di benarkan. Karena berdasarkan keterangan para saksi bahwa di balik keberhasilan dalam menumpas PKI juga terdapat bencana kemanusiaan itu sendiri. 

Seperti halnya kisah yang di ceritakan pada film "senyap" yang di sutradarai oleh Joshua Openheimer dimana terjadi intimidasi, penangkapan, bahkan pembunuhan secara kilat dalam penumpasan PKI. Dimana dalam film dokumenter ini menceritakan seorang anak muda yang ingin tahu bagaimana keadaan kakaknya yang tewas dengan menyandang predikat PKI. Bahkan Ribuan karyawan yang bekerja di sebuah perusaahan yang pimpinannya PKI juga turut di tangkap dan di intimidasi. Padahal diantara mereka hanya berjuang dan mencari kehidupan bagi keluargannya tanpa mengetahui ataupun terlibat dalam gerakan kekacauan 65. 

Begitu juga yang pernah terjadi di daerah saya pada tahun 1969 di pulau Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Banyak masyaraktnya di tangkap, padahal di antara mereka yang di tahan dan di intimidasi itu tidak pernah terlibat dalam pemberontakan, hanya karena mendapat bantuan pacul untuk bertani dari PKI mereka justru di tuduh PKI. Bahkan hujan air mata menghiasi daerah ini karena Kasim Bupati Buton saat itu yang dikenal sangat baik dan taat beragama oleh masyarakatnya turut di tangkap dan di temukan tewas di balik jeruji. Daerah bekas Kesultanan Buton ini juga di anggap sebagai basis PKI, sementara masyarakat dan tokoh-tokohnya dikenal sangat religius saat itu. Kalau Basis Masyumi kemungkina benar karena salah satu petinggi Masyumi saat itu ada di daerah ini. Saya yakin masih banyak daerah lainnya yang merasakan persis seperti yang di ceritakan pada film ini. Padahal bisa di pastikan bahwa kejahatan dan pemberontakan yang di lakukan PKI tidak melibatkan seluruh anggotanya. Artinya tidak semua Anggota PKI terlibat atau menyetujui sikap yang pernah di lakukan oleh beberapa anggota dan pimpinnanya. Sebut saja Tan Malaka yang sangat bersebrangan dan tidak pernah sepakat dengan sikap DN.Aidit dan Muso.

(Sumber Foto: www.merdeka.com)

Dimasa pemerintahan orde baru memang masyarakat di ajak untuk bersikap antagonis terhadap PKI. Pemerintah menganggap bahwa PKI harus bertanggungjawab sepenuhnya terhadap kekacauan yang terjadi pada tahun 1965. Apapun yang berkaitan tentang simbol dan masyarakat yang di anggap komunis harus di basmi. Jika alasannya seperti ini sebenarnya tidak begitu mendasar seperti yang di kemukakan oleh Jhon Roosa yang di tuliskan dalam tesisnya. Dalam bukunya ia mempertanyakan ketika negara mengklaim bahwa PKI harus bertanggungjawab sepenuhnya terhadapat kekacauan dan pemberontakan G-30S. Partai ini di anggap mengorganisir dan memimpin pemberontakan itu. Alasan ini bisa di jadikan sebagai suatu hipotesa, tetapi mesti di teliti lebih mendalam untuk mendapatkan sebuah kesimpulan yang benar. 

Saat itu PKI anggotanya berjumlah kurang lebih 3 juta orang, dan apakah semuanya harus bertanggungjawab? Ataukah hanya pimpinannya atau mereka yang terlibat saja yang harus bertanggungjawab?

***
Apakah karena ada keterkaitannya, maka 3 juta orang itu meskipun tidak terlibat harus bertanggungjawab karena sikap dari pimpinannya? Jika seperti ini alasannya maka inilah yang dimaksud dengan kesalahan kolektif, dan prinsip kesalahan seperti ini sudah di tolak oleh seluruh negara di dunia dengan berdasarkan prinsp Rule Of Law. Pemerintah tidak pernah melimpahkan kesalahan kepada sebuah kelompok secara keseluruhan karena sikap dari beberapa anggotanya, terkecuali ada diantara mereka yang turut terlibat didalamanya. bayangkan jika prinsip kesalahan kolektif seperti ini yang di terapkan kepada aparat keamanan yang saat itu mendapat sorotan karena di duga telah melakukan pelanggaran HAM pada peristiwa 1998 kepada mahasiswa. Haruskah kesalahan itu harus di limpahkan seluruhnya kepada jutaan aparat keamanan ini karena ada anggotanya yang terlibat dalam pelanggaran tersebut? Inilah yang perlu di luruskan.....

Jika kita lihat lebih mendalam lagi berdirinya bangsa Indonesia, bukankah saat masa perjuangan dulu masyarakat tidak membunuh orang karena mereka orang belanda. Dimasa Pemerintahan Soekarno yang saat itu membubrakan PSI dan Masyumi setelah pemberontakan PRRI karena pimpinannya di anggap mendukung gerakan pemberontaka tersebut. Tetapi pemerintah tidak menyatakan bahwa semua anggota kedua partai itu penghianat. pemerintah tidak menahan,maupun mengintimidasi seluruh anggotanya. Pemerintahan Seokarno pun juga mengampuni pemberontakan DI yang mengangkat senjata melawan pemerintah saat itu terkecuali pimpinan-pimpinan puncaknya yang di anggap terlibat.

Inilah bebrapa hal yang perlu di perhatikan sehingga fakta selalu mendapat posisi terhormat dalam setiap bangunan sejarah. Di masa demokrasi saat ini memang memberi angin segar bagi bekas tahanan PKI untuk mendapatkan rasa keadilan. Namun dapat juga menjadi ancaman bagi aparatur pemerintah yang di duga pernah terlibat melakukan pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Satu aspek yang perlu di hilangkan dalam perdebatan ini. Yaitu kecenderungan orang untuk menggolongkan posisi apapun, apakah sebagai pro ataukah anti. Perdebatan yang tidak bermanfaat itu misalkan seperti siapapun yang tidak menyetujui terhadap sikap penahanan, intimidasi masal, maupun yang menunjukan simpatinya kepada keolompok ini, maka di tuduh sebagai pendukung ataupun sebagai anggota PKI itu sendiri. Dan pedebatan seperti inilah yang sering kita temukan di Indonesia apabila sudah berlawanan dengan pandangan kebanyakan orang. Hukum itu di buat untuk melindungi hak bagi setiap orang agar bisa mendapatkan rasa keadilan.

Jogjakarta,18 Mei 2016

Selasa, 08 Desember 2015

Euforia Gerakan 9 Desember


Ada hantu yang lebih berbahaya selain komunis yang sempat mempengaruhi sepertiga umat manusia di abad ke-20 silam. Hantu itu nyata, bahkan terlihat rapih dan gagah namun dapat merusak moral kehidupan bernegara. Hantu itu bernama korupsi yang selalu berkeliaran dan merasuki seluruh daerah. Korupsi atau penyalahgunaan jabatan dengan maksud memperkaya diri sendiri saat ini sudah menjadi musuh bersama. Akibat ulahnya, tidak heran jika banyak yang menjadi korban keganasaanya sehingga masyarakatpun hidup dalam kemiskinan. Secara garis besar perbuatan korupsi adalah perampokan, penggelapan, pemerasan keuangan yang dapat merugikan negara. 

Pada tahun 2003 Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menyepakati bahwa pada tanggal 9 Desember sebagai hari anti Korupsi Se-Dunia. Penetapan itu menjadi perhatian sekaligus tekad dunia untuk memerangi korupsi. Di Indonesia kata korupsi biasanya di pelesetkan menjadi salah-satu budaya dalam pemerintahan. “Budaya Korupsi”, begitulah orang-orang menyebutnya karena praktek seperti ini sering di perlihatkan oleh para pejabat negara. Belum lagi soal pelayanan yang masih rendah, sehingga istilah masalah akan mulus jika ada fulus selalu menghantui masyarakat. Hal sepeleh seperti ini menjadi salah satu contoh budaya korupsi yang selalu di temukan. Selain itu dalam penegakan hukum juga masih terasa tebang pilih sehingga kasus korupsi terkadang hilang begitu saja di mejah penegak hukum.

Peristiwa seperti ini kadang membuat geram kelompok poros tengah yang hidup di dunia kemahasiswaan. Apalagi dalam peringatan 9 Desember suasana kampus ramai di penuhi spanduk yang bertemakan pemberantasan terhadap korupsi. Para aktifis mahasiswa dengan semangat meneriakan kecaman dan kutukan kepada para pelaku korupsi. Biasanya yang menjadi sasaran utama dalam peringatan itu ialah pemerintah dan instansi penegak hukum. Berbagai warna bendera yang menjadi simbol identitas mahasiswapun tumpah ruah di jalan raya. Meskipun terkadang dengan konsep yang tidak terlalu jelas, mereka tetap mengumandangkan protes, demonstrasi, bahkan tawuran kepada pemerintah yang di anggap korup dan tidak adil. Soal benar dan salah itu persoalan lain, yang penting aktualisasi diri tetap di lanjutkan. Begitu kira-kira pandangan sebagian di antaranya.

(Photografer : Ld.Sakiyudin)

Seperti kata Abraham Maslow, aktualisasi menjadi salah satu kebutuhan yang melekat di dalam diri setiap manusia. Begitu juga dengan mereka para kelompok mahasiswa yang selalu tertantang untuk mempertahankan gelarnya sebagai agen social of control. Peringatan Hari Anti korupsi menjadi sarana untuk menguji kemampuan, mental dan keilmuan yang mereka dapatkan selama di dunia kampus. Mereka merasakan betul setelah tamat sekolah dan melanjutkan di perguruan tinggi, dunia terasa milik mereka. Semakin di tonton oleh gadis-gadis atau pacar mereka, maka semangat demonstrasinya pun jadi membara. Apalagi di tambah oleh film-film, dan buku-buku perjuangan yang di pelajarinya tentu sangat mempengaruhi batin mereka. Itulah sebabnya mereka mengikat kepala, mengibarkan bendera, berorasi karena terbayang akan kegagahan tokoh yang di idolakan.

Terus jika demikian adanya, sebenarnya apa yang menjadi substansi gerakan mereka dalam memperingati hari anti korupsi? Sekedar kampanye atau mengaktualisasikan diri semata? Harapannya tentu tidak demikian, karena peringatan 9 Desember seharusnya menjadi milik bagi siapapun yang insyaf karena sadar akan bahaya dari korupsi. Mahasiswa merupakan kelompok yang memiliki wawasan keilmuan yang luas. Sepatutnya peringatan hari anti korupsi bukan sekedar euforia gerakan semata, melainkan langkah awal untuk menyususn kekuatan, konsep, mendorong dan menyelesaikan kasus yang luput dari perhatian hukum. Setelah itu menjadi bahan evaluasi oleh mahasiswa untuk mengawal selama satu tahun berikutnya, sehingga perjuangan melawan korupsi tidak hanya di hari anti korupsi saja.

Kampus memang menjadi mimbar bebas bagi mahasiswa untuk mengenal kehidupan lainnya. Lingkungannya di hiasi penuh dengan manusia-manusia intelektual, maka ketika menyusun gerakan semestinya juga memiliki konsep yang jelas pula. Sehinga warna dari aksi hari anti korupsi ini tidak terlihat spontanitas semata. Coba kita amati sejenak muatan isu mahasiswa yang di terikan di daerah-daerah terkadang masih terdengar begitu umum. Berdasarkan hal tersebut, warna gerakan terkesan hanya turut mengambil peran meramaikan peringatan hari anti korupsi se-dunia. Mahasiswa terlihat kekurangan bahan untuk membasmi tikus-tikus berdasi yang berada di daerah.

Belum lagi diantara organisasi kemahasiswan lainnya cenderung jalan sendiri-sendiri tanpa ada konsilidasi bersama sebelumnya. Masing-masing ingin tampil sehingga orasi yang di sampaikan oleh lembaga terkadang saling bertabrakan sehingga tidak jelas penyampaiannya. Disaat seperti itu terlihat bahwa gerakan mahasiswa terasa tidak solid apa lagi untuk memerangi korupsi. Apa lagi peringatan hari anti Korupsi kali ini bertepatan dengan pilkada serentak, menjadi kesempatan untuk mengawal dan melahirkan pemimpin yang berintegritas. Pemimpin yang memiliki komitment untuk menjadikan korupsi sebagai musuhnya. Mengkapanyekan sekaligus memantau proses pemilihan yang dapat berpotensi melahirkan bibit-bibit korupsi sehingga terawasi dan di basmi.

Berani Jujur Itu Hebat...
Katakan Tidak Untuk Korupsi...

Baubau, 9 Desember 2015

Kamis, 24 September 2015

Belajar Berkorban Melalui Kurban


Selain hari raya idul fitry, salah satu perayaan terbesar yang dilakukan umat muslim yaitu peringatan hari raya Idul Adha. Perayaan Idul Adha dikenal juga dengan hari raya kurban yang dilaksanakan pada hari ke 10 kalender islam dibulan Dzulhijah. Hari raya kurban dialamatkan pada ibadah ini dikarenakan seluruh umat islam bagi yang mampu diwajibkan untuk mengkorbankan sebagian hartanya melalui binatang ternak (Qs.Al Hajj:34). Puncak dari perayaan hari raya ini ditandai dengan melakukan penyembelian binatang ternak yang telah direzekikan Allah SWT. Mengapa umat islam mesti di anjurkan untuk selalu berkurban? Apakah tuhan membutuhkan darah ataupun daging dari hewan ternak?


Memang secara kasat mata perayaan hari Idul Adha terlihat sadis karena disambut dengan ekspresi yang berkonotasi menyukai kekerasan. Pada moment ini umat muslim berkurban sangat bersemangat dan tertantang untuk mengendalikan ternak yang akan disembeli. Biasanya tenaga hewan yang dikurbankan melebihi tenaga manusia, sehingga untuk mengendalikannya dibutuhkan sebuah strategi dan taktik yang baik. Oleh karena itu saat berhasil menggulingkan se-ekor sapi misalnya, seketika itu pula tumbuh kepuasan dan kegembiraan tersendiri. Akan tetapi kurban cuman sebatas media sebagai ungkapan rasa syukur serta untuk saling berbagi atas rezky yang telah didapat. Sebab sebagian harta yang kita miliki ialah kepunyaan orang lain. Sebenarnya bukan darah ataupun daging yang dibutuhkan oleh sang pencipta, melainkan ketakwaan semata. Peristiwa hari kurban ini sekaligus mengenang begitu besar pengorbanan cinta Nabi Ibrahim kepada Allah SWT. Beliau ialah tokoh pemberontak bagi kaum berhala yang memiliki ketakwaan begitu besar. Sehingga kita semua di anjurkan untuk mengikutinya sebagaimana Allah memerintahkan Muhammad untuk mengikuti Nabi ibrahim. As.(Qs.An Nahl:123)    

Sekilas pelaksanaan kurban terlihat hanya sebatas saling berbagi rezky semata. Tetapi jauh dari itu semua, sesungguhnya kurban dapat berarti bagi manusia untuk membunuh semua rasa keserakahan dan senantiasa menghidupkan rasa kepedulian didalam diri. Kurban bukan sebatas berbagi makanan saja, tetapi yang paling terpenting juga adalah menumbuhkan rasa kepedulian terhadap kehidupan sosial lainnya. Artinya selain mencintai keluarga, kita juga bertanggungjawab untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat lainnya. Kita mendapatkan pesan untuk selalu mengedepankan kepentingan umum serta mengorbankan kepentingan pribadi maupun golongan (keluarga). Jika dihubungkan dalam falsafah eks-Kesultanan Buton yaitu "Bholimo karo Somanamo Lipu". Karena jika terlalu berlebihan mencintai anak/keluarga, kita dapat terjerumus dalam kezoliman sosial, seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Seyogyanya momentum Idul Adha yang dilaksanakan saat ini dapat menjadi bahan renungan bagi umat islam untuk dapat menumbuhkan komitmen kebangsaan. Sebab dengan perayaan hari raya Idul Adha terselip  arti cinta yang sesungguhnya, yaitu memberi dan pengorbanan. Jauh sebelum Eric Fromm mengartikan cinta itu adalah "memberi", ribuan tahun yang lalu semuanya sudah dipraktekan oleh nabi Ibrahim As dalam kisahnya. Dari sisi sejarah Idul Adha merupakan pengalaman rohani Nabi Ibrahim As bersama anaknya Ismail As. Di saat usianya yang begitu tua, ia harus merelakan anaknya (ismail) untuk di kurbankan. Semua itu dilaksanakan semata-mata demi menunjukan ketakwaannya kepada Allah SWT. Karena begitu besar rasa cintanya kepada sang pencipta, Nabi ibrahim rela mengorbankan anak yang telah lama dinanti-nantikan untuk dikurbankan, yang kemudian di gantikan dengan se-ekor kambing. pertanyaan berikutnya mampukah kita mengorbankan diri dan keluarga kita untuk kepentingan umat?

Atas dasar inilah, saat ini  kita di anjurkan untuk memperingati hari raya Idul Adha yang telah diwariskan oleh nabi Ibrahim kepada umat islam.  Dengan menyadari tujuan berkurban sembari memahami bahwa pada masa Nabi Ibrahim kambing atau hewan ternak secara umum merupakan simbol kekayaan yang paling tinggi yang dimiliki seseorang, maka pada saat ini semangat berkurban seharusnya jauh melampaui daripada sekadar mengurbankan seekor kambing. Hal ini berangkat dari realitas sosial yang berkembang di masyarakat, yang masih banyak saudara-saudara kita yang hidup di bawah garis kemiskinan, tingkat anak putus sekolah yang tinggi, kualitas kesehatan masyarakat yang rendah, dan realitas sosial lain yang begitu mengkhawatirkan. Dari kesadaran tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kembali rasa optimisme warga bangsa ini menuju kepada cita-cita kemandirian bangsa yang berkeadilan sebagai tujuan bernegara. Semoga kita dapat mempelajari pengorbanan ini melalui hari raya Idul Adha. Sehingga dapat membentuk peradaban yang baik dan diridhoi Allah SWT.

Baubau, 24 September 2015

Selasa, 11 Agustus 2015

Potret 70 Tahun Bangsa Indonesia Merdeka


Agustus menjadi bulan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Ketika masuk di bulan ini, suasana terlihat berbeda di seluruh penjuru nusantara. Dihati setiap orang dihinggapi rasa bangga atas keberhasilan para pejuang yang telah meraih kemerdekaan. Kemerdekaan menjadi gambaran bahwa Indonesia bukanlah sebuah bangsa yang lemah, melainkan sebuah bangsa yang kuat. Waktu telah mencatat,  tanggal 17 Agustus 1945 ialah puncak dari ketangguhan bangsa Indonesia mempertahankan tanah airnya. Kini Dalam setiap hela napas anak negeri berhembus pahala bagi mereka para pahlawan.

Memperingati hari kemerdekaan sudah menjadi sebuah keharusan bagi setiap orang. Cara seperti itu merupakan bagian dari ungkapan rasa syukur, menghormati, sekaligus mengenang pengorbanan para pahlawan. Perayaan Hari kemerdekaan mendapat sambutan yang baik dari setiap warga Indonesia. Meskipun kemudian masih ada sebagian diantara kita yang tidak dapat merayakannya dengan penuh kebahagiaan, namun rasa nasionalisme tetap terpatri didalam dada. Ada banyak kegiatan yang dilakukan, seperti membuat perlombaan dan kegiatan lainnya yang dapat meramaikan hari jadi NKRI. Alun-alun jalan mendadak diramaikan dengan spanduk bertemakan kemerdekaan, dan ramai dijadikan tempat latihan baris berbaris masyarakat. Tetapi apakah perayaan hari kemerdekaan itu sebatas seremonial belaka.?

Saat ini generasi anak bangsa mendapat amanah yang berat untuk mengisi dan mempertahankan kemerdekaan. Peringatan 17 Agustus bukanlah sebuah seremonial belaka, melainkan juga dapat membawa spirit baru demi kemajuan bangsa Indonesia. Bukan berarti 70 tahun Indonesia merdeka tidak ada sedikitpun kata kemajuan yang sudah dicapai. Hanya saja cita-cita luhur itu belum sepenuhnya terwujud dirasakan oleh masyarakat di seluruh pelosok nusantara. Oleh karena itu Kemerdekaan perlu diartikan bukan sekedar mengusir kolonialisme semata. Tetapi Melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, untuk memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa seperti niat didirikannya negara ini yang tertera dalam UUD 1945.

Tak dapat dipungkiri Potret sebagian bangsa Indonesia memang masih hidup dalam kemiskinan. Tetapi semangat kemerdekaan bukan berarti pula telah luntur di hati mereka. Rasa nasionalisme masih melekat didalam jiwanya, walaupun masih bertempat tinggal di sebuah gubuk yang hendak ambruk. Tidak ada sedikitpun tabungan modal yang dimiliki, melankan hanya tabungan cinta terhadap tanah air. Modal yang dimilikinya hanyalah ikhtiar dan semangat meskipun diantara kalangan mereka masih menggantungkan hidupnya kepada sampah. Tetapi mereka bukanlah sampah masyarakat, melainkan korban dari pemimpin yang telah mencuri kebahagiaan rakyatnya.
 
(Foto : asmadie.blogdetik.com)

Melindungi, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa sudah menjadi tugas dan tanggung jawab negara. Saat ini cita-cita itu perlahan-lahan sudah terlunasi dan di terima oleh sebagian masyarakat Indonesia. Banyak diantara kita sekarang yang sudah mandiri, mendapat pendidikan, kesehatan, bahkan dapat bersaing ditataran dunia. Namun Terlepas dari itu semua masih banyak saudara-saudara kita yang hidup dalam keterasingan. Sentuhan pemerintah masih langkah dirasakan bagi daerah hampir di seluruh pelosok negeri. Dari sudut yang lain budaya pelayanan seperti hukum, kesehatan maupun social masih terasa tebang pilih ketika di terapkan. Untuk memberantas hal seperti ini memang tidak semudah membalikan telapak tangan. Rusaknya mental dan akhlak menjadi penyakit utama yang harus diperangi dalam jiwa. Apa lagi masih begitu banyak persoalan yang datang mengobrak-abrik tanah pertiwi.

Tetapi begitulah ciri dan tanda sebuah bangsa yang besar. Sebab bangsa yang besar selalu berdiri dan bangkit ketika berulang kali digoyang berbagai macam masalah. Tidak ada kemerdekaan yang diraih dengan situasi yang datar-datar saja. Semua butuh pengorbanan, usaha dan tekad yang kuat, apa pun permasalahan yang datang harus di hadapi karena masalah tak dapat kita hindari. Iwan fals dalam syair lagunya mengungkapkan bahwa "lusuhnya kain bendera dihalaman rumah kita bukan suatu alasan untuk kita tinggalkan". Artinya sepahit apapun yang kita rasakan bukan berarti harus meninggalkan negara ini. Apalagi menggadaikan negara yang sudah dibangun dengan penuh darah, air mata dan dalam kondisi yang sangat terpuruk.

Peringatan hari kemerdekaan perlu dijiwai bukan semata-mata untuk romantisme masa lalu saja. Kini 70 tahun negara ini di proklamirkan, bendera semakin mantap berkibar. Teguhkan hati demi mewujudkan cita-cita kemerdekaan yang belum sempat di raih. Gapai kembali mimpi pendiri bangsa ini sehingga sampai pada kata sejahtera. Tidak ada lagi kata orang miskin dilarang sakit, buta huruf, kelaparan, tebang pilih, dan kesenjangan sosial lainnya seperti sebelum Indonesia merdeka.

Bangkitlah Indonesiaku..

Baubau 11 Agustus 2015

Senin, 08 Juni 2015

LPJ KETUM HMI KOMISARIAT SOSPOL UNIDAYAN



I. Pendahuluan.
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Tiada ucapan yang paling mulia untuk memulai laporan ini selain ungkapan rasa syukur yang tak terhingga atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita sekalian, sehingga masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk dapat berkumpul dan menjalin silaturahmi dalam suasana kekeluargaan yang selalu bernafaskan islam untuk membahas agenda-agenda keumatan didalam forum yang terhormat dalam rapat Anggota Komisarit SOSPOL Unidayan Cabang Baubau yang ke-II.

Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Allah Muhhamad s.a.w beserta keluarga dan para sahabatnya  yang mengantarkan alam ini dari masa jahilyah hingga mewariskan kepada kita jalan keselamatan berupa pedoman dan tuntunan yang sempurnah bagi kehidupan dunia dan akhirat. Semoga kita sekalian selalu merindukannya dan diperjumpakan di kemudian hari kelak. Amin Ya Rabbal Alamin.

Saudara-saudaraku peserta sidang yang terhormat..
Satu periode kepengurusan yang terbilang singkat ini, ungkapan terima kasih kepada seluruh teman-teman atas semangat yang bergelora dari tiap-tiap pengurus untuk saling berhimpun,membangun demi eksistensi keberadaan komisariat Sospol yang kita cintai. Langkah demi langkah telah coba kami jejakan, dari rangkulan tangan yang saling bergenggaman erat diantara kita sekalian, namun tak terasa ternyata masa kepungurusan lama sebentar lagi akan berkahir dan akan dilanjtukan bagi pengurusan yang baru kedepannya. Perjuangan selama ini memang terlihat sederhana namun menurut kami ini merupakan sebuah amanah yang sangat besar, sebab menjaga nama baik lembaga yang telah membesarkan kita sekalian di bendera Hijau Hitam Komisariat Sospol Unidayan. Hal ini dikarenakan komisariat ini baru dapat berdiri pada tahun 2013 yang lalu dan alhamdulillah kita sebagai kepengurusan pertama komisariat ini dapat mempertahankan perjuangan para senior yang begitu panjang menghadapi dinamika politik demi melahirkan komisariat pada tahun 2008 yang lalu. Meski demikian  kami pun tak mengellakan begitu banyak pula kekurangan-kekurangan yang kami goreskan dalam mengemban amanah sebagai pengurus selama ini.

Saudara-saudara sekalian peserta sidang yang terhormat...
Kejujuran dan ketulusan hati untuk berintropeksi diri secara objektif menjadi suatu kemestian agar forum yang mulia ini benar-benar dapat menjadi langkah awal untuk merangkai masa depan yang gemilang. Forum RAK merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi untuk menentukan proses jalannya organisasi yang kita cintai ini. seuntai harapan pada kita semua agar evaluasi dan proyeksi nantinya dapat dihasilkan dari sebuah pemikiran yang cerdas, serta dengan hati yang bernurani, kerena semuanya hanya semata-mata untuk himpunan mahasiswa islam, bukan siapa-siapa.

Pada saat inilah harapan untuk lebih serius memperbaiki HMI khususnya komisariat Sospol Unidayan di uji dengan segala sistem untuk memperbaiki secara legal formal perlu dilakukan dalam forum RAK. Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, perkenankan kami menyampaikan laporan pertanggung jawaban dari amanah yang kami emban selama satu periode kepengurusan dengan sistematika sebagai berikut:

I.         Pendahuluan
II.      Kondisi Objektif
III.   Evaluasi dan Proyeksi
IV.   Laporan Hasil Kegiatan
V.      Penutup

Adapaun beberapa pelaksanaa program kerja yang sudah kami jalankan terlampir dalam laporan pertanggung jawaban ini. Dengan pengharapan yang begitu tinggi semoga segala kekurangan yang kami jalankan selama ini dapat di perbaiki lebih baik lagi oleh pengurus komisariat yang baru nantinya jika telah terpilih. Segala kelemahan dan kekurangan kami tentunya harus dikubur dalam-dalam. Apabila ada kelebihan mapun manfaat dari segala aktifitas yang kami jalankan selama ini kiranya dapat mengacu bagi pengurus kedepannya untuk lebih baik lagi.

II. KONDISI OBJEKTIF
Kondisi Internal.
Ada sebercik asa yang sempat menghinggapi kepengurusan kami selaku Komisariat yang baru di lahirkan belum lama ini. Ibarat bayi, kami berusaha untuk bisa berjalan seimbang seperti komisariat yang terlebih dahulu didirikan. Dengan segala usaha yang begitu keras, alhamdulillah komisariat sospol dapat beridiri dan berjalan dengan baik, meskipun demikian belum dapat berlari untuk mengejar komisariat lainnya yang telah banyak melahirkan kader. Sebab selama kepengurusan saat ini kami sekalian berusaha menjadi penyimbang untuk bisa berdiri bersama-sama dengan komisariat lainnya dengan menjalankan sepenuhnya program kerja kepengurusan. Sehingga kami lebih banyak fokus menunjukan eksistensi dengan berbagai kegiatan kemayarakatan sehingga aktifitas pengkaderan melalui perekrutan anggota sedikit dijalankan. Oleh karenanya penambahan jumlah kader kurang begitu signifikan meningkat, akan tetapi bukan berarti tidk ada dan tidak dilaksanakan.

Sikap asa itu kemudian semakin dipertambah saat presidium lain dalam Komisariat Sospol Unidayan mendapatkan amanah tambahan saat mengemban jabatan di luar lembaga ini untuk menjaga mission secret HMI menghijau hitamkan kampus. Sala satu pengurus itu dinataranya saudara Sunar Diayansa menjabat sebagai Ketua BEM Sospol, Arman Zukuri sebagai Ketua HMPS Administrasi Negara Sospol Unidayan. Namun dengan suatu etikad yang begitu besar, sehingga tantangan dan beberapa tantangan yan kami hadapi dapat di selesaikan satu persatu meskipun kadang berjalan tersendat-sendat. Hingga kewajiban yang seminimal mungkin dapat kami jalankan, demi mengayuh roda organisasi Komisariat Sospol unidayan tetap berjalan.

Kondisi Eksternal
Sebagai organisasi dikenal oleh banyak orang tentunya begitu banyak tantangan dari luar yang dihadapi oleh HMI Komisariat Sospol Unidayan. Dengan begitu banyaknya lembaga eksternal kemahasiswaan yang lain, nuansa berbeda dihadapi oleh komisariat ini untuk dapat bersaing. Nuanasa persaingan itu dapat dirasakan melalui prestasi akademik, maupun akhlak yang di distribusikan oleh kader masih rendah dibanding dengan lembaga islam lainnya. Posisi ini tentunya dapat mengurangi penilaian setiap orang maupun secara kelembagaan Fakultas Sospol Unidayan terhadap lembaga ini. Sehingga dapat berimplikasi terdapap kurangnya kepercayaan dari senior. Baik yang berada didalam maupun diuar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik untuk selalu mendukung secara materi maupun non materi demi menjaga eksistensi HMI menjadi melemah.

III. EVALUASI DAN PROYEKSI
Bercermin dari kepengurusan periode ini, maka ada beberapa hal penting yang patut menjdi perhatian kita bersama sebagai bahan evaluasi dan proyeksi untuk dapat dilakasnakan bagi kepengurusan berikutnya.

Pertama, harus ada peneguhan hati (komitmen) untuk benar-benar membulatkan tekad dan terus menjaga api gelora semangat anggota maupun pengurus kedepan untuk lebih opimal menghasilkan kinerja-kinerja komisariat yang lebih baik lagi.

Ke-dua, layaknya sebagai organisasi kemahasiswaan maka semestinya seluruh pengurus inti maupun anggota lainnya harus memperbaiki tradisi intelektual (membaca & diskusi), serta kedisiplinan dan akhalak  harus di benahi kembali. Karena kader Hmi ketika berada di tengah-tengah mahasiswa dipandang sebagai mahasiswa yang tidak religius,sekuler, dan bahkan cenderung liberal.

Ke-tiga, pemahaman seluruh kader tentang substansi Mission HMI harus di permantap kembali. Harapannya gerak kader tidak boleh statis dibentengi oleh dinding sekretariat semata mempertahankan intelektual. Intelektual juga penting tetapi misi keumatan dan kebangsaan harus diperhatikan. Wacana dan isu sosial juga patut untuk di kaji, dibahas,dan di tuntaskan bersama. Sebab tidak dapat dipungkiri saat ini orang yang di anggap cerdas di HMI yaitu mereka yang ahli berfilsafat, sementara diluar dari pada itu dipandang tidak cerdas.

IV. LAPORAN HASIL KEGIATAN
Adapun capaian Kinerja HMI komisairat SOSPOL Unidayan periode 2013-2014 saat ini dapat dilihat melalui program kerja pengurus yang telah diselesaikan. Ada 5 (Lima) point program yang disusun yaitu :

1.    Melaksanakan Basic Training (BASTRA).
2.    Melaksanakan kajian.
3.    Melaksanakan kegiatan – kegiatan sosial.
4.    Melaksanakan perayaan hari – hari besar Islam.
5.    Melaksanakan follow up materi  (Bastra)

Kami menyadari bahwa dengan segala usaha dan keterbatasan yang kami miliki, dari sekian program kerja tersebut tidak sepenuhnya 100% dapat di selesaikan. Dari ke-enam program kerja yang telah disediahkan, ada 1 point yang belum dapat dijalankan pada periode kepengurusan saat ini. Rata-rata presentase kinerja saat ini yaitu sebesar 80% (persen). Adapun beberapa program yang dapat dijalankan diantaranya sebagai berikut.

1. Melaksanakan Basic Training
Sebagai organisasi pengkaderan, sebagai pengurus perdana HMI Komisariat Sospol Unidayan pada peridoe ini telah menyelesaikan 2 (dua) kali basic training HMI.
Bastra Pertama, di selenggarakan pada tanggal 22 Rabiul Awal 1435 H bertepatan dengan tanggal 24 Januari 2014 M dengan tema Menyemaikan “NDP Hmi sebagai dasar gerak kader”. Basic perdana ini di ikuti oleh 25 peserta dan yang menyelesaiakan training sebanyak 18 orang oleh berbagai fakultas internal maupun eksternal unidayan. Untuk internal fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu yang menyelesaikan trianing ini yaitu sebanyak 7 orang.
Bastra Kedua,diselenggarakan pada tanggal 27 Jumadil Akhir 1436 H atau bertepatan pada tanggal 16 April 2015 M dengan tema “Internalisasi Konstitusi HMI dalam membentuk Kualitas Insan Cita”. Basic angkatan ke-dua ini di ikuti oleh 16 peserta dan yang dapat menyelesaikan training sebanyak 7 orang.

2. Melaksanakan Kajian
Dalam upaya peningkatan kualitas dan pemahaman anggota, kajian-kajian non formal dilakukan juga oleh pengurus terutama terkait tentang Ke-HMI-an, dan fenomena sosial yang terjadi di lingkup Kota Baubau.

3. Pelaksanaan Hari-Hari Besar Islam
Sebagai organisasi yang berasaskan islam, selama kepengurusan perdana HMI Komisariat Sospol Unidayan telah melaksanakan 2 kali kegiatan perayaan hari besar agama islam. Adapun kegiatan itu dinataranya yaitu :
Pertama, mempringati Maulid Nabi bersama anak yatim Piyatu di Masjid Panti Asuhan Muslimin Kota Baubau Betoambari dengan tema “Makna Maulid Dalam Membentuk Nilai Profetik Pada Perjuangan Pemuda Masa Kini”. kegiatan ini di ikuti oleh beberapa Komisariat, Osis Se-Kota Baubau, dan lembaga kemahasiswaan Se-Unidayan dan organisasi lainnya. Pada kesempatan kegiata ini dibuka oleh Kabid Pemberdayaan Umat Pengurus HMI Cabang Baubau oleh Kanda La Ode Sakiyudin serta di pandu oleh Kanda Laode Ibrahim,S.Pdi selaku narasumber.

Kedua, Buka puasa bersama anak yatim piyatu bertempat di Warung Kopi Mangga Dua Kelurahan Batulo. Kegiatan ini di hadiri juga oleh beberapa Alumni dan komisariat Cabang Baubau serta di pandu oleh Ustadz Majid Nene selaku pembawa cerama. Pada kegiatan ini juga pengurus memberikan santunan kepada anak yatim yang semoga amal ibadah seluruh kader HMI dapat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan. Kegiatan ini bertema “Merajut Keceriaan bersama menyabut Bulan Suci Ramdhan” dengan tujuan membentuk ukhwa islamiya antar sesama kader dan umat islam lainnya.

4. Melaksanakan Follow Up Materi Basi
Kami menyadari bahwa pelaksanaan follow up materi basic training kepada peserta tidak berjalan sebagaimana yang dininginkan. Akan tetapi beberapa kesempatan selama periode kali ini kegiata follow up materi juga dilakasanakan pasca basic training selesai. 

Selain kegiatan yang dilakukan sesuai dengan program kerja yang pernah dilaksanakan, Komisariat Sospol juga sempat mengelaurkan beberapa 6 Jurnal Hijau Hitam setiap minggunya. Jurnal ini berguna dalam rangka promoasi serta memberikan informasi yang insya Allah dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menjaga wacana intelektual HMI. 

(Peringatan Maulid Nabi Bersama Anaka Yatm Piyatu)

(Sambutan Kabid PU Cab.Baubau Peringatan Maulid)

(Pemberian Santunan Kepada Pengurus Masjid Panti Asuhan)

(Pembukaan Bastra Ke-II Komisariat Sospol Unidayan)

(Penyerahan Nama Peserta Bastra Dari Ketum Ke MOT)

(Buka Puasa Bersama Anak Yatim Piyatu)

(Jurnal Hijau Hitam Komisariat Sospo Unidayan)

(Saat Pelantikan Pengurus Komisariat Sospol 2013-2014)

V. PENUTUP
Demikianlah laporan kerja ini kami sampaikan, dengan harapan dalam forum yang muliah ini dapat dibangun sebuah formulasi perbaikan yang komprehensif. Kami sangat yakin dari rahim forum ini akan lahir ide-ide cerdas. Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami mohon masukan dari seluruh kader agar kedepannya kita bisa memperbaiki diri masing-masing demi Komisariat Sospol Unidayan tercinta. Atas perhatian dan partisipasi teman-teman kami ucapkan terima kasih. Dengan rasa yang paling tulus dan ikhlas kami memhon ma’af atas segala kekurangan,kesalahan, kelalaian selama kami mengenggam amanah dalam periode kali ini. Akhirnya sebagai kata penutup, ada pepatah bijak yang perlu kita pegang bahwa, Tidak Perlu Hebat Untuk Berbuat, Tetapi Berbuatlah Untuk Menjadi Hebat.

Bilahhitaufik Walhidayah 
Wassalamu Alaikum Wr.Wb

                                                                       Baubau, 13  Sya’ban 1436  H
                                                                            31  Mei       2015 M

YAKIN USAHA SAMPAI..

 HORMATKU

SYAHRIL.H
KETUA UMUM/DEMISIONER