"Cinta merupakan nikmat agung yang di anugerahkan Tuhan kepada manusia, karena tanpa cinta hidup terasa menjadi hampa. Walaupun
demikian, tidak ada devinisi yang pasti tentang kata indah ini. Begitu juga
yang dikatakan Ibnu Qayyim bahwa tidak ada batasan cinta yang lebih jelas
melainkan dari kata Cinta itu sendiri, semakin mencari devinisinya justru akan
menambah kabur dari maknanya. Cinta dapat mengubah yang lemah menjadi kuat,
membuat sesuatu yang biasa menjadi luar biasa, membuat sesuatu yang hampa menjadi bermakna. Disisi
lain, cinta juga dapat menghilangkan akal sehat, bahkan merusak jiwa ketika
anugerah tersebut disambut oleh pecinta palsu. Tetapi begitulah cinta membuat
hidup yang gersang menjadi penuh warna".
Ada banyak kisah yang bisa kita dapatkan dari
berbagai novel, maupun hikayat dari seoarang sastra pujangga. Tetapi ini bukan
seperti kisah cinta antara Romeo dan Juliet, layla dan Qais/Majnun, maupun
Zainuddiun dan Hayati pada film tenggelamnya kapal vader wijck yang sangat
menyentuh jiwa. Akan tetapi kita lupakan sejenak kisah cinta mereka yang semuanya
berakhir dengan tragis, dan menengok inspirasi cinta dibalik Pribadi Rasulullah
seperti judul buku yang saya baca karangan Eman Sulaiman. Dialah sosok pecinta sejati yang pernah
ada, menjadi ayah terbaik dari anak-anaknya, menjadi suami terbaik, dan menjadi
pemimpin terbaik yang cintanya tak pernah redup dan selalu kokoh. Sesungguhnya
kecintaan beliau tergambar jelas dalam tiga hal yaitu Perhatian, Pemberdayaan,
dan pengorbanan.
(Sumber : Foto Buku Yang Dipinjam) |
Dia rela memberi makan seorang pengemis Qurays tua dan buta, meski disetiap pertemuan diantara mereka sang pengemis tersebut mengingatkan untuk tidak mengikuti Muhammad yang penuh dengan sihir tipu dayanya. Disini kita di ajarkan untuk selalu memberi, sebagaimana kata Eric Fromm dalam bukunya yang berjudul The Art Of Loving. Hal ini Senada dengan hadit Rasulullah mengatakan bahwa tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, yang berarti "memberi". Memberi tentunya harus di landasi dengan motifasi yang baik, bukan mengharapkan imbalan atau sesuatu yang identik dengan kepemilikian. Sebab jika cinta di dasari oleh rasa seperti ini, maka sesungguhnya itu adalah cinta dagang yang bersifat transaksional,dan identik terhadap penguasaan layaknya seperti benda. Sementara cinta bukanlah soal materi yang semata-mata untuk di miliki, melainkan perasaan yang harus tumbuh subur dan selalu di curahkan.
Oleh karena itu, jika masih ada yang beranggapan bahwa apa yang akan di dapat dalam menjalin ikatan cinta, maka cintanya perlu di pertanyakan. Sebab Cinta bukan soal apa yang di dapat, tetapi apa yang bisa di berikan. Pengorbanan di tujukan rasulullah selama ini bukan semata-mata karena atas dasar keimanan melainkan juga atas dasar rasa cinta itu sendiri. itulah sebabnya beliau selalu membimbing setiap manusia untuk berada di jalan yang lurus seperti mengubah Umar Bin Khatab yang barkarakter preman dapat menjadi seorang pemberani, tegas, kuat dan peka hatinya. Rela makan sedikit selama tiga hari berturut-turut apabila orang-orang miskin yang berada disekitar mesjidnya tidak dapat makan kenyang. Beliau juga rela berkorban untuk umatnya tidak hanya harta, melainkan jiwa dan raganya. Semua itu dapat di lakukan karena kekuatan cinta yang berdiri dengan kokoh di dalam jiwanya.
Begitu juga rasa cintanya kepada seorang wanita patut untuk di jadikan pembelajaran bagi kaum pria masa kini. Bagaimana tidak beliau selalu memuliakan perempuan yang dahulu dizaman
jahiliya jangankan haknya dijamin, dianggap manusia saja susahnya setengah
mati. Derajat perempuan pun terangkat dan memulai pembaruan tentang hubungan
antara lelaki dan perempaun.Karena itulah, seorang
wanita terkaya di tanah mekah terpikat dengannya. Dialah Khadijah sosok wanita yang selalu menopang suaminya dikalah sedang
jatuh. Menghibur dikalah sedih, serta selalu ada meski suaminya dalam keadaan
terguncang dan terhina. Dia lah sosok wanita yang pertama singgah dihati
Muhammad, sang pria tampan padang pasir yang di idolakan setiap wanita.
Ada suatu kisah, Khadijah selalu memberikan
segelas air putih untuk suaminya ketika tiba di rumahnya. Beliaupun meminumnya
dan menyisahkan sedikit untuk sang istri. Suatu ketika hal berbeda di tunjukan Nabi
Muhammad, air yang di suguhkan sang istri tidak lagi disisahkan dan langsung
dihabiskan. Khadijah pun penasaran dan mengambil kembali segelas air putih sambil bertanya
mengapa beliau tidak menyisahkan sebagaiman biasanya untuk dirinya. Namun karena rasa penasaran sang istri
yang begitu besar, Rasulullah pun meminum dan menyisahkan sedikit buat khadijah.
Saat itu juga khadijah memahami kelalaiannya bahwa ternyata air yang diberikan
tersebut terasa asin. Bayangkan, karena begitu tinggi rasa cintanya yang terpaku di hati sang kekasih
Allah ini, sampai ia rela mengahabiskan minuman asin yang diberikan tersebut agar tidak membuat hati istrinya sedih akibat kesalahan yang dilakukan. Khadijah bukan hanya menjadi sosok istri dan
ibu yang baik, melainkan juga telah menjadi inspirasi rasulullah. untuk
Keindahan perilaku dan kejernian jiwa yang dimiliki Muhammad, hal sekecilpun dihindarinya untuk menjaga hati wanita yang selalu mencurahkan kasih sayangnya tidak tersakiti. Begitulah sekilas kisah cinta penuh makna dan romantis yang dapat dituangkan. Cinta mereka sarat akan keteduhan, dan jauh dari hawa nafsu, menjadi inspirasi dari generasi ke genarasi. Dibalik sosoknya sebagai seorang panglima perang yang tangguh, didalam jiwahnya telah mekar sekuntum cinta yang tumbuh dan bertebaran dimana-mana. Muhammad adalah insan yang berbudi luhur, bertutur kata baik, rendah hati yang membuat semua mengagguminya. Banyak diantara orang yang bersentuhan kepadanya mendapatkan manfaat hidup. Beliaulah sosok yang membawa inspirasi di setiap zaman. Dialah pembawa kabar gembira dan mengajarkan kita konsep cinta yang sesungguhnya.
“Sesungguhnya
telah ada pada Rasulullah teladan yang baik bagi siapa yang mengharap
(anugerah) Allah dan (ganjaran pada) hari kemudian serta banyak mengingat
Allah” (Qs.
Al Ahzab:21).