Selasa, 26 Mei 2015

PRESTASI DAN KINERJA PEMKOT BAUBAU BERBANDING TERBALIK



Sejak awal, pemerintahan Kota Baubau dibawah kepemimpinan H. AS Tamrin selalu menjadi bahan perbincangan. Tak dapat dipungkiri hampir disetiap lini kehidupan masyarakat baik dijalanan, pasar, lorong dan lainnya selalu membahas gaya kepemimpinan yang dimilikinya. Memang gaya kepemimpinannya terlihat sederhana, namun kesederhanaan yang itu pula telah membunuh sikap ketegasannya. Belum lagi membahas kinerja yang dilakukan selama ini dinilai belum memberikan kontribusi yang pasti terhadap kelangsungan masa depan Kota Baubau. Pemerintahan Tampil-Mesra terlihat lamban dalam menjalankan fungsinya, khususnya berkaitan dalam memberikan pelayanan jasa maupun menunjang fasilitas bagi masyarakat. Memang sering kita mendengar prestasi yang sudah disebutkan oleh pemerintah saat ini, hanya saja prestasi itu tidak sebanding dengan kinerja yang telah dicapai oleh pemerintah Kota Baubau.

Memasuki tahun ke-dua pemerintahan Tampil Mesra pada tahun 2014 yang lalu, tercatat ada 22 prestasi yang di torehkan oleh pemerintah Kota Baubau. Disisi lain juga pada tahun yang sama mendapat predikat yang bobrok oleh Kementrian Dalam Negeri RI. Sejumlah prestasi itu diraih mulai dari tingkat daerah, nasional muapun manca negara. Diantara prestasi yang diraih Kota Baubau dalam ajang tingkat Provinsi Sulawesi Tenggara antara lain, juara Umum Jambore PKK 2014, juara 1 KB Kesehatan dan sebagainya. Untuk tingkat nasional, juara 1 perpustakaan kelurahan, pemilihan guru berprestasi, paskibraka, serta menjadi duta nasional lingkungan sehat sanitasi total berbasis masyarakat. Sementara prestasi mancanegara, Kota Baubau menjadi anggota Global Social Economy Forum mewakili Indonesia dan sebagainya (Baca ButonPos:31/12/2014). Akan tetapi benarkah prestasi itu memang bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.

Apakah dari prestasi yang didapat ini berdampak langsung di rasakan oleh masyarakat.? Seberapah pentingkah prestasi ini seolah menjadi hal yang fantastis di capai oleh pemerintahan Tampil Mesra.? Apakah prestasi ini telah menunjukan kinerja yang baik oleh pemerintah Kota Baubau? Tentu tidak, lagi pula prestasi yang didapat tidak semua berdasarkan hasil kinerja pemerintahaan kali ini, melainkan juga pengaruh dari estafet pemerintahan yang sudah disusun sebelumnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat hasil evaluasi Kemendagri yang dirilis pada 24 April 2014 yang lalu. Dari 91 Kota di Indonesia, kinerja pemerintah Kota Baubau berada pada peringkat paling terendah se-Indonesia. Dengan demikian prestasi yang dicapai tersebut berbanding terbalik dengan kinerja yang sudah dilakukan selama ini. Tidak hanya di atas kertas seperti prestasi yang di banggakan oleh pemerintah, penilaian kinerja tersebut realitanya juga dirasakan langsung oleh masyarakat yang mulai resah terhadap kinerja pemerintah. Informasi ini memang sangat mengecewakan tetapi penting untuk menjadi bahan pertimbangan walikota Baubau untuk bersikap lebih tegas lagi.

Ada tiga hal yang menjadi variabel penilaian itu, yaitu Laporan Penyelenggaran pemerintahan Daerah (LPPD). Kemudian laporan keterangan dan pertanggungjawaban kepala daerah (LKPJ), dan informasi laporan penyelenggaran pemerintahan daerah (ILPPD). Sumber informasi yang menjadi indikator penilaian ini tentu di peroleh berdasarkan dari hasil pelaporan yang akurat serta jelas untuk di pertanggungjawabkan. Penilain tersebut dilihat melalui indikator kinerja kunci (IKK) yang berfungsi sebagai alat ukur utama yang mencerminkan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Secara tekhnis indeks capaian kinerja dilihat melalui indikator kunci tersebut diatur pada PP.No.06 tahun 2008 maupun KEPMENDAGRI No.73 Tahun 2009 tentang Tata Cara Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD). Secara umum ada 2 aspek yang dapat dilihat yaitu: berkaitan tentang Pengambilan Kebijakan dan pelaksanaan Kebijakan. Dari kedua aspek ini saja, ketika melihat kebijakan yang diambil oleh pemerintahan H.AS.Tamrin secara empirik memang masih jauh dari harapan.


Berkaitan dengan hal ini Walikota harus mengambil langkah lebih cepat untuk menyikapi problem yang di hadapi oleh Pemeriintah Kota Baubau. Kualitas kinerja penyelenggaran pemerintahan daerah tergantung dari kualitas yang dimiliki oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang di miliki Pemkot Baubau. Karena sesungguhnya yang bertanggung jawab atas pelaksanaan urusan pemerintahan daerah adalah SKPD sebab mereka yang menjabarkan mimpi sang Walikota sesuai dengan Visi Misinya melalui rencana kerja yang akan disusun. Tetapi bukan berarti Walikota tidak memliki peran didalamnya, selaku pimpinan berhak untuk mengontrol dan mengevaluasi masing-masing Dinas. Oleh karenanya melihat kinerja yang rendah seperti ini langah utama yang harus dilakukan yaitu langsung menyikapi kepada setiap dinas yang tidak becus dalam bekerja. Tidak perlu terlalu banyak curhat/mengeluh di setiap pertemuan maupun dalam media cetak.

Menurut Prof Tjipta Lesama curhat merupakan cara komunikasi yang salah bila dilakukan terus menerus oleh kepala pemerintahan. Sering curhat hanya akan menimbulkan sikap antipatik dari masyarakat kepada pemimimpinya. Sudah terlalu sering kita mendengar Walikota akan memberikan warning, teguran, sanksi dan yang lainya. Akan tetapi pernyataan itu seolah politis dan tidak pernah di jalankan secara serius. Walikota Baubau seolah tidak tegas dalam mengamputasi bagi setiap kepala SKPD yang tidak kompetibel jika dibandingkan dengan tahun pertama kepemimpinannya yang sangat berani memutasi, mengangkat dan memberhentikan para pegawai meski sangat kontroversi dan melanggar aturan. Prestasi yang dicapai selama ini tidak sesuai dengan realita kinerja pemerintahan Tampil-Mesra yang tidak pernah melakukan terobosan baru. Jika hal ini terus di biarkan begitu saja, maka sudah pasti kondisi Kota baubau yang tadinya sudah mantap malah akan semakin merosot.

Selasa, 19 Mei 2015

MAHASISWA UNIDAYAN BERSUARA



Akhir-akhir ini suasana kampus Unidayan ramai diwarnai aksi unjuk rasa oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai Mahasiswa Unidayan Bersatu. Setelah sekian lama fakum, sikap kritis ini kembali terlihat akibat kebijakan Rektorat dalam menaikan biaya SPP tahun ajaran 2015/2016. Untuk yang ke sekian kalinya, aksi dilakukan atas mosi ketidak percayaan mahasiswa kepada pihak rektorat yang terkesan tidak terbuka terkait pengelolaan keuangan kampus. Tercatat sudah empat kali aksi unjuk rasa dilakukan untuk meminta pertanggunjawaban terkait persoalan ini. Aksi yang berlangsung terus menereus ini terjadi disebabkan oleh sikap rektorat yang enggan menemui para demonstran.


Selasa/19 Mei 2015 kabut asap kembali memenuhi Kampus Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau. Dalam demonstrasi kali ini mahasiswa melakukan pemboikotan serta membakar ban dan kursi bekas sebagai bentuk kekesalan mahasiswa yang menganggap pihak rektorat terkesan tuli, dan buta untuk duduk bersama membahas persoalan ini. Seminggu sejak aksi ini dilakukan, tidak ada sedikitpun kesadaran maupun kepedulian pihak kampus untuk menanggapi tuntutan yang mereka sampaikan. Hanya pemimpin yang tuli dan mati rasa ketika masyarakatnya harus berteriak terlebih dahulu setelah itu baru berfikir utntuk mengatasi permasalahannya. Sehingga Slogan Akhlak dan Budaya hanya menjadi sebuah rangkaian kata indah yang abstrak dan tidak akan pernah terwujud jika pemimpinnya saja menunjukan sikap seperti ini. Adapun aksi mahasiswa yang terkesan tidak berbudaya seperti yang terjadi di unidayan saat ini tentunya tidak luput dari cerminan sikap para pemimpinnya, ungkap Dafid perwakilan BEM FKM Unidayan dalam menyampaikan orasinya.

Bagi mereka tidak ada sebuah kata maupun sikap yang paling baik untuk melawan pemimpin yang tidak bijak melainkan dengan cacian dan cara keras. Didalam pemikiran mereka hanya ada satu pesan yang tersirat menjadi semangat perjuangannya, bahwa melawan ketidakbenaran merupakan salah satu bentuk kepatuhan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Merekapun menyadari bahwa setiap kehidupan pasti ada pro kontra, namun tidak ada niatan lain dari aksi ini melainkan semata-mata untuk menyadarkan kembali pihak rektorat agar lebih peka dan peduli terhadap mahasiswa. Pasalnya pembangunan Univesitas yang tertua di Sulawesi Tenggara ini terkesan lambat jika dibandingkan dengan kampus-kampus baru di Kota Baubau.


Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) tidak menjadi soal untuk terus dinaikan jika demi memenuhi kebutuhan pendidikan, tetapi pertanggungjawabanya juga harus jelas. Tentunya hal yang dapat dipertanggungjawabkan tidak bisa terpisahkan dan diwali oleh sikap yang transparan, dan inilah yang menjadi bagian dari tuntutan mereka. Kenaikan biaya ini kembali membuka kembali ingatan mahasiswa maupun masyarakat Kota Baubau dengan janji SPP gratis yang di hembuskan saat Unidayan dijadikan sebagai mesin politik 2012 yang lalu. Selain itu dalam perspektif mahasiwa bahwa kebijakan menaikan biaya SPP hanyalah sebuah skenario untuk menjadikan lembaga pendidikan sebagai lahan komersial. Perspektif ini kemudian timbul karena setelah menakar biaya yang setiap tahunnya dinaikan akan tetapi tidak sesuai dengan pengembangan kualitas pembelajaran di Unidayan.

Ruangan belajar, laboratorium, perpustakaan maupun fasilitias lainnya masih sangat langkah di jumpai jika dibandingkan dengan perguruan lain. Selain itu lembaga kemahasiswaan juga beranggapan masih sangat kurang mendapat perhatian oleh pihak rektorat. kegiatan kemahasiswaan selalu di kebiri sehingga membatasi ruang aktualisasi dan jiwa kreatif mahasiswa. Belum lagi sumbangan lain yang dibebankan mahasiswa ketika mengurus perkuliahan di fakultas masih sering dijumpai. Sehingga alasan karena tidak adanya bantuan dari universitas menguatkan asumsi mereka bahwa dalam pengelolaan keuangan tidak transparan.

Dinamika ini jika di biarkan terus menerus tentu dapat menggangu proses perkuliah di Unidayan. Sikap pembiaran dalam membentengi diri sendiri tidak boleh dilakukan pihak rektorat, karena secara tidak langsung menginginkan ketidakstabilan itu sendiri. Robert Greene dalam bukunya 48 Hukum Kekuasan menjelaskan bahwa "jangan bangun benteng untuk lindungi diri sendiri, isolasi adalah sesuatu yang berbahaya". Kurang lebih pesan itu dapat dipahami bahwa bertahan bukanlah suatu kesimpulan yang baik melainkan juga menjadi bagian yang dapat menyudutkan serta menghancurkan. Keluar dan hadapi, temui serta jelaskan dari hati-kehati untuk duduk bersama mencari kesimpulan yang baik. Jadikanlah Aksi Demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa itu menjadi bahan masukan bagi kelangsungan Unidayan. Tanggapi secara positif lakukan dengan baik karena tantangan selalu menanti kedepannya.

***

Berbuatlah Untuk Menjadi Baik....
Kenalilah Hati Dan Pemikiran Orang Lain. (Robert Greene)

Baubau, 19 Mei 2015

Senin, 11 Mei 2015

PERASAAN YANG KONTRADIKTIF DI HARI WISUDA

Waktu terasa begitu singkat berganti, mimpi selama ini untuk mencapai gelar sarjana akhirnyapun dapat terwujud. Meski 3 kali pelaksanaanya tertunda, pada akhirnya tanggal 11 Mei 2015 Unversitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau melaksanakan perayaan wisudanya yang ke-31 kalinya. Alhamdulillah saya seorang diantara mahasiswa lainnya yang akan di kukuhkan mendapat gelar sarjana. Wisuda kali ini di ikuti oleh  361 Mahasiswa dari 7 fakultas yang ada di Unidayan. Acara berjalan penuh hikmat dan di hadiri oleh unsur Muspida se-jazira Buton Raya diantaranya ialah Bupati Buton Selatan. Suara merdu yang di nyanyikan oleh vokal group semakin menambah semaraknya kegiatan. Apa lagi saat lantunan syair lagu "syukur" karya Husein Mutahar dinyanyikan pada acara ini, hati semakin terhanyut dan larut dalam kesedihan mengingat begitu banyak karunia yang telah di berikan oleh sang pencipta selama ini.  

Suasana kesedihan itu kembali terasa ketika harus mengingat orang yang dicintai tak bisa hadir disaat momen-momen seperti ini. Sosok yang selalu mendukung setiap langkah saya untuk beraktualisasi di dunia kemahasiswaan. Masih jelas terekam dalam ingatan pesan yang pernah disampaikannya, bahwa selama ia mampu membiayai saya untuk sekolah, jangan dulu pernah berfikir untuk cepat selesai jika ilmu yang didapatkan masih belum cukup. Pesan inilah yang tak pernah hilang meskipun pada akhirnya ia harus pergi duluan menghadap sang pencipta sebelum harus melihat anak bungsunya ini mengenakan baju toga sarjananya. Beliau adalah Ayahanda tercinta, sosok inspirasi buat saya yang belum lama ini tutup usia.

Dibalik itu semua, saya yakin terdapat maksud dan pesan yang baik dari takdir-Nya. Kata Hayati Hujan Tak hanya mendatangkan basah,melainkan juga dapat membawa berkah. Letusan Gunung berapi tidak semata-mata hanya dapat merusak tanaman, tetapi juga dapat menyuburkan tanah serta memberi kehidupan yang lebih baik lagi bagi tanaman disekitarnya. Dibalik Kesusahan pasti ada kemudahan (innama al'usri yusran) begitulah janji ALLAH S.W.T yang selalu menjadi kekuatan bagi saya untuk dapat menjadi sosok yang lebih tegar. Bahwa sesungguhnya larut dalam kesedihan bukanlah sebuah pilihan yang baik untuk kedepannya.

Perasaaan senang dan sedih tak dapat dipungkiri berperang begitu hebat di dalam khalbu. Rasa senang tentu pasti ada bagi yang telah menyelesaikan studi, namun perasaan sedihpun juga serta merta tumbuh disaat harus berpisah dengan almamater tempat kami belajar. Perasaan yang kontradiktif itu tak bisa terhindarkan di hati ini karena begitu banyak pengalaman dan pelajaran yang didapatkan selama berada di dunia kemahasiswaan. Secara pribadi saya menyadari bahwa dalam tempo 5 tahun gelar sarjana yang saya peroleh bukanlah waktu yang singkat. Di usia seperti itu semestinya ada banyak pengetahuan yang harus di dapat, namun kenyataannya ilmu yang saya miliki masih begitu rendah. Tetapi perjalanan masih panjang, tak ada kata henti untuk belajar.


Saya menyadari bahwa jumlah putaran waktu tersebut tidak sebanding dengan pengetahuan saya yang masih sangat sederhana. Akibatnya rasa takutpun timbul ketika nantinya sudah berada dilaboratorium yang lebih luas, ilmu yang selama ini didapatkan tidak dapat dipertanggungjawabkan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Sementara begitu besar harapan masyarakat kecil terhadap jebolan mahasiswa yang dikenal sebagai kaum masyarakat ilmiah. Padahal tidak semua sarjana yang di cetak itu sama seperti yang diharapkan, tetapi begitulah pandangan mereka yang begitu besar memberikan penghargaannya. Untuk menjawab tantangan tersebut, ada subuah pepatah bijak yang harus dipegang oleh para sarjana sehingga dapat menghindar dari citra buruk itu. Seperti yang telah disampaikan perwakilan Kopertis Wilayah 9 dalam menutup sambutannya di acara wisuda kali ini yaitu :

“Berhati-hatilah dengan pikiran anda, karena dapat menjadi  ucapan anda. Berhati-hatilah dengan ucapan anda, karena dapat menjadi tindakan anda. Berhati-Hatilah dengan tindakan anda, karena dapat menjadi kebiasaan anda. Serta berhati-hatilah dengan Kebiasaan anda, karena dapat menjadi Karakter anda”.
***
Terbayang kembali begitu panjang perjalanan yang harus ditempuh dalam mengejar gelar sarjana. Selama di dunia kampus, aktifitas saya banyak dihabiskan hanya untuk bergaul dan bergelut di berbagai kegiatan kemahasiswaan. Orang bilang bahwa mahasiswa tanpa organisasi bagaikan seoarang manusia yang hidup tanpa cinta, dan secara empiris istilah itu benar adanya. Wawasan terasa sempit ketika hanya mengandalkan kuliah didalam ruangan saja, apalagi kualitas dari beberapa dosen yang masih perlu dipertanyakan. Dengan berorganisasi ilmu yang didapatkan dapat di aplikasikan serta dikembangkan dan di ikat melalui praktek dan forum-forum diskusi. Organisasi kemahasiswaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dunia pendidikan serta dapat dikatakan pula sebagai bagian dari pendidikan yang non formal. Karakter mahasiswa yang berorganisasi dan non organisasi dapat dibedakan dengan sangat mudah. Biasanya karakter dan pola pikir mereka yang tidak berorganisasi tak ubahnya seorang yang masih berseragam sekolah. Adapun cerita tentang berorganisasi dapat memperhambat kuliah hanyalah bagian dari propaganda untuk membunuh karakter mahasiswa.

Yakin Usah Sampai. . . .