Agustus
menjadi bulan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Ketika masuk di
bulan ini, suasana terlihat berbeda di seluruh penjuru nusantara. Dihati setiap
orang dihinggapi rasa bangga atas keberhasilan para pejuang yang telah meraih
kemerdekaan. Kemerdekaan menjadi gambaran bahwa Indonesia bukanlah sebuah bangsa
yang lemah, melainkan sebuah bangsa yang kuat. Waktu telah mencatat, tanggal 17 Agustus 1945 ialah puncak dari
ketangguhan bangsa Indonesia mempertahankan tanah airnya. Kini Dalam setiap
hela napas anak negeri berhembus pahala bagi mereka para pahlawan.
Memperingati
hari kemerdekaan sudah menjadi sebuah keharusan bagi setiap orang. Cara seperti
itu merupakan bagian dari ungkapan rasa syukur, menghormati, sekaligus
mengenang pengorbanan para pahlawan. Perayaan Hari kemerdekaan mendapat
sambutan yang baik dari setiap warga Indonesia. Meskipun kemudian masih
ada sebagian diantara kita yang tidak dapat merayakannya dengan penuh
kebahagiaan, namun rasa nasionalisme tetap terpatri didalam dada. Ada banyak kegiatan yang dilakukan, seperti membuat perlombaan
dan kegiatan lainnya yang dapat meramaikan hari jadi NKRI. Alun-alun jalan mendadak
diramaikan dengan spanduk bertemakan kemerdekaan, dan ramai dijadikan tempat
latihan baris berbaris masyarakat. Tetapi apakah perayaan hari kemerdekaan itu
sebatas seremonial belaka.?
Saat
ini generasi anak bangsa mendapat amanah yang berat untuk mengisi dan
mempertahankan kemerdekaan. Peringatan 17 Agustus bukanlah sebuah seremonial
belaka, melainkan juga dapat membawa spirit baru demi kemajuan bangsa Indonesia. Bukan berarti 70 tahun Indonesia
merdeka tidak ada sedikitpun kata kemajuan yang sudah dicapai. Hanya saja
cita-cita luhur itu belum sepenuhnya terwujud dirasakan oleh masyarakat di seluruh
pelosok nusantara. Oleh karena itu Kemerdekaan perlu diartikan bukan sekedar
mengusir kolonialisme semata. Tetapi Melindungi
seluruh tumpah darah Indonesia, untuk memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan
kehidupan bangsa seperti niat didirikannya
negara ini yang tertera dalam UUD 1945.
Tak
dapat dipungkiri Potret sebagian bangsa Indonesia memang masih hidup dalam kemiskinan.
Tetapi semangat kemerdekaan bukan berarti pula telah luntur di hati mereka. Rasa
nasionalisme masih melekat didalam jiwanya, walaupun masih bertempat tinggal di
sebuah gubuk yang hendak ambruk. Tidak ada sedikitpun tabungan modal yang
dimiliki, melankan hanya tabungan cinta terhadap tanah air. Modal yang dimilikinya
hanyalah ikhtiar dan semangat meskipun diantara kalangan mereka masih menggantungkan
hidupnya kepada sampah. Tetapi mereka bukanlah sampah masyarakat, melainkan
korban dari pemimpin yang telah mencuri kebahagiaan rakyatnya.
Melindungi, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa sudah menjadi tugas dan tanggung jawab negara. Saat ini cita-cita itu perlahan-lahan sudah terlunasi dan di terima oleh sebagian masyarakat Indonesia. Banyak diantara kita sekarang yang sudah mandiri, mendapat pendidikan, kesehatan, bahkan dapat bersaing ditataran dunia. Namun Terlepas dari itu semua masih banyak saudara-saudara kita yang hidup dalam keterasingan. Sentuhan pemerintah masih langkah dirasakan bagi daerah hampir di seluruh pelosok negeri. Dari sudut yang lain budaya pelayanan seperti hukum, kesehatan maupun social masih terasa tebang pilih ketika di terapkan. Untuk memberantas hal seperti ini memang tidak semudah membalikan telapak tangan. Rusaknya mental dan akhlak menjadi penyakit utama yang harus diperangi dalam jiwa. Apa lagi masih begitu banyak persoalan yang datang mengobrak-abrik tanah pertiwi.
Tetapi
begitulah ciri dan tanda sebuah bangsa yang besar. Sebab bangsa yang besar selalu
berdiri dan bangkit ketika berulang kali digoyang berbagai macam masalah. Tidak
ada kemerdekaan yang diraih dengan situasi yang datar-datar saja. Semua butuh
pengorbanan, usaha dan tekad yang kuat, apa pun permasalahan yang datang harus
di hadapi karena masalah tak dapat kita hindari. Iwan fals dalam syair lagunya mengungkapkan
bahwa "lusuhnya kain bendera dihalaman
rumah kita bukan suatu alasan untuk kita tinggalkan". Artinya sepahit apapun
yang kita rasakan bukan berarti harus meninggalkan negara ini. Apalagi
menggadaikan negara yang sudah dibangun dengan penuh darah, air mata dan dalam kondisi
yang sangat terpuruk.
Peringatan
hari kemerdekaan perlu dijiwai bukan semata-mata untuk romantisme masa lalu
saja. Kini 70 tahun negara ini di
proklamirkan, bendera semakin mantap berkibar. Teguhkan hati demi mewujudkan
cita-cita kemerdekaan yang belum sempat di raih. Gapai kembali mimpi pendiri
bangsa ini sehingga sampai pada kata sejahtera. Tidak ada lagi kata orang miskin
dilarang sakit, buta huruf, kelaparan, tebang pilih, dan kesenjangan sosial
lainnya seperti sebelum Indonesia merdeka.
Bangkitlah Indonesiaku..
Baubau 11 Agustus 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar