Selain
hari raya idul fitry, salah satu perayaan terbesar yang dilakukan umat muslim
yaitu peringatan hari raya Idul Adha. Perayaan Idul Adha dikenal juga dengan
hari raya kurban yang dilaksanakan pada hari ke 10 kalender islam dibulan
Dzulhijah. Hari raya kurban dialamatkan pada ibadah ini dikarenakan seluruh
umat islam bagi yang mampu diwajibkan untuk mengkorbankan sebagian hartanya
melalui binatang ternak (Qs.Al Hajj:34). Puncak dari perayaan hari raya ini
ditandai dengan melakukan penyembelian binatang ternak yang telah direzekikan
Allah SWT. Mengapa umat islam mesti di anjurkan untuk selalu berkurban? Apakah
tuhan membutuhkan darah ataupun daging dari hewan ternak?
Memang
secara kasat mata perayaan hari Idul Adha terlihat sadis karena disambut dengan
ekspresi yang berkonotasi menyukai kekerasan. Pada moment ini umat muslim berkurban sangat
bersemangat dan tertantang untuk mengendalikan ternak yang akan disembeli.
Biasanya tenaga hewan yang dikurbankan melebihi tenaga manusia, sehingga untuk
mengendalikannya dibutuhkan sebuah strategi dan taktik yang baik. Oleh karena
itu saat berhasil menggulingkan se-ekor sapi misalnya, seketika itu pula tumbuh
kepuasan dan kegembiraan tersendiri. Akan tetapi kurban cuman sebatas media sebagai ungkapan rasa syukur serta untuk saling berbagi atas rezky yang telah didapat. Sebab sebagian harta
yang kita miliki ialah kepunyaan orang lain. Sebenarnya bukan darah ataupun
daging yang dibutuhkan oleh sang pencipta, melainkan ketakwaan semata. Peristiwa
hari kurban ini sekaligus mengenang begitu besar pengorbanan cinta Nabi Ibrahim
kepada Allah SWT. Beliau ialah tokoh pemberontak bagi kaum berhala yang
memiliki ketakwaan begitu besar. Sehingga kita semua di anjurkan untuk
mengikutinya sebagaimana Allah memerintahkan Muhammad untuk mengikuti Nabi ibrahim. As.(Qs.An Nahl:123)
Sekilas
pelaksanaan kurban terlihat hanya sebatas saling berbagi rezky semata. Tetapi
jauh dari itu semua, sesungguhnya kurban dapat berarti bagi manusia untuk membunuh
semua rasa keserakahan dan senantiasa menghidupkan rasa kepedulian didalam diri. Kurban bukan sebatas
berbagi makanan saja, tetapi yang paling terpenting juga adalah menumbuhkan rasa kepedulian terhadap
kehidupan sosial lainnya. Artinya selain mencintai keluarga, kita juga
bertanggungjawab untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat lainnya. Kita
mendapatkan pesan untuk selalu mengedepankan kepentingan umum serta
mengorbankan kepentingan pribadi maupun golongan (keluarga). Jika dihubungkan
dalam falsafah eks-Kesultanan Buton yaitu "Bholimo
karo Somanamo Lipu". Karena jika terlalu berlebihan mencintai anak/keluarga,
kita dapat terjerumus dalam kezoliman sosial, seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Seyogyanya
momentum Idul Adha yang dilaksanakan saat ini dapat menjadi bahan renungan bagi
umat islam untuk dapat menumbuhkan komitmen kebangsaan. Sebab dengan perayaan hari
raya Idul Adha terselip arti cinta yang sesungguhnya,
yaitu memberi dan pengorbanan. Jauh sebelum Eric Fromm mengartikan cinta itu adalah "memberi", ribuan
tahun yang lalu semuanya sudah dipraktekan oleh nabi Ibrahim As dalam kisahnya.
Dari sisi sejarah Idul Adha merupakan pengalaman rohani Nabi Ibrahim As bersama
anaknya Ismail As. Di saat usianya yang begitu tua, ia harus merelakan anaknya (ismail) untuk di kurbankan. Semua itu
dilaksanakan semata-mata demi menunjukan ketakwaannya kepada Allah SWT. Karena begitu besar rasa cintanya kepada sang pencipta, Nabi ibrahim
rela mengorbankan anak yang telah lama dinanti-nantikan untuk dikurbankan, yang
kemudian di gantikan dengan se-ekor kambing. pertanyaan berikutnya mampukah kita mengorbankan diri dan keluarga kita untuk kepentingan umat?
Atas
dasar inilah, saat ini kita di anjurkan
untuk memperingati hari raya Idul Adha yang
telah diwariskan oleh nabi Ibrahim kepada umat islam. Dengan menyadari tujuan berkurban sembari
memahami bahwa pada masa Nabi Ibrahim kambing atau hewan ternak secara umum
merupakan simbol kekayaan yang paling tinggi yang dimiliki seseorang, maka pada
saat ini semangat berkurban seharusnya jauh melampaui daripada sekadar
mengurbankan seekor kambing. Hal ini berangkat dari realitas sosial yang
berkembang di masyarakat, yang masih banyak saudara-saudara kita yang hidup di
bawah garis kemiskinan, tingkat anak putus sekolah yang tinggi, kualitas
kesehatan masyarakat yang rendah, dan realitas sosial lain yang begitu
mengkhawatirkan. Dari kesadaran tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kembali
rasa optimisme warga bangsa ini menuju kepada cita-cita kemandirian bangsa yang
berkeadilan sebagai tujuan bernegara. Semoga kita dapat mempelajari pengorbanan ini melalui hari raya Idul Adha. Sehingga dapat membentuk peradaban yang baik dan diridhoi Allah SWT.
Baubau, 24 September 2015