(Gambar : www.kompasiana.com) |
Tidak ada wanita mulia yang pernah saya kenal selain dari sosok seorang ibu. Dia memang tak sesempurnah jika di bandingkan dengan perempuan terbaik yang pernah ada di masa kenabian dulu. Tapi bagiku dialah malaikat nyata yang selalu menyampaikan pesan kebaikan dari sang pencipta. Di balik warna kulitnya yang mulai kusam itu, namun di dalam hatinya telah mekar sekuntum cinta yang selalu berhembus di setiap hela napas kami. Dirinya adalah sandaran bagi kami yang tiada henti mengharapkan doanya agar selalu mendapat rahmat dari sang pencipta
Ibu...pengorbananmu memang begitu besar
sampai kadang dirimu sendiri lupa kau perhatikan hanya demi anak-anakmu.
Perhiasan dan pakaian indah sekejap luput dalam ingatanmu ketika harus
memikirkan masa depan kami. Engkau lebih memilih hidup untuk tidak terlena dalam
kemewahan dari pada harus lalai menjalankan tanggungjawab yang di titipkan oleh
sang Illahi. Rela makan seadanya demi mengumpulkan modal untuk membantu kami
dalam menggapai cita-cita nantinya. Bahkan di saat langkah kakimu mulai rapuh
berjalan, namun kasih sayang selalu berdirih dengan kokoh di hatimu. Sifat
penyayang Tuhan sepertinya sudah tergambar dengan jelas di dalam jiwamu.
Dirimu bukan semata-mata perempuan biasa
yang sekedar melahirkan kami saja, tapi kapribadianmu sudah menjadi inspirasi
buat saya. Wajahmu yang mulai mengeriput itu selalu menjadi benteng ketika hati
ini begitu gampang tergoda untuk berbuat dosa. Perjuanganmu selalu ku jadikan
senjata untuk membunuh hasrat yang mulai berlebihan mengalir secara deras di
dalam diri. Apalah artinya kenikmatan sesaat
jika di balik itu semua kau masih terus memeras energi untuk kami.
Melewati malam meski hanya beralaskan tikar semata, dan ketika siang kau harus
kembali bergelut dengan keadaan yang kadang tak pasti.
Disaat kami bisa tertawa dan bergaul di
luar sana, kau justru masih berusaha menguras segala kemampuan yang ada.
Sekeras apapun rintangan hidup, dan sesakit apapun itu, semua dapat terbayarkan
ketika bisa melihat kami bahagia. Sementara dalam kondisi tertentu kau terkadang
menjadi bagian yang terlupakan oleh anak-anakmu. Bahkan engkau tidak pernah
cemburu, ketika buah hatimu sudah menemukan pendamping hidup yang dapat
mengalihkan perhatiannya yang sebenarnya juga masih sangat kamu harapkan. Namun
matamu yang mulai kabur memandang sama sekali tidak pernah mencerminkan sebuah
kata hati yang sedang mengeluh.
Ibu. . .maafkanlah anak yang sudah
terlalu banyak menyakiti dan merepotkanmu jika karena kami kau harus terpaksa
memecah kerasnya karang kehidupan ini. Terimakasih juga atas jasa-jasamu selama
ini yang kesemuanya itu tidak mungkin sanggup kami membalasnya. Sebab apapun
yang kita berikan tidak akan pernah sebanding dengan kasih sayang dan
perjuanganmu. Saya tau karena bukan soal berapapun materi yang kau inginkan,
kecuali hanya ingin bisa lebih dekat bersama sang buah hati. Engkau menaruh
harapan, agar kami dapat meluangkan waktu sedikitpun untuk dapat berbagi kasih
dan menemani hari-harimu yang sepi.
Tuhan jadikanlah ibu kami di hari yang
fitri ini seperti Khadijah, Asiyah, Maryam, dan Fatimah sosok perempuan suci
yang dapat menggetarkan surga nantinya. Lindungilah kemanapun dan di manapun
dia berada. Karena kasih sayangnya begitu membekas di dalam hati dan akan
selalu terkenang dalam ingatan. Mungkin hanya dengan do’a cara yang bisa saya
lakukan untuk menebus segala kesalahanku selama ini kepadanya. Selamat Hari Raya Idul Fitri Ibu, kau adalah pelita yang selalu menerangi jalan hidupku.
Baubau, 05 Juli 2016