Selasa, 08 Desember 2015

Euforia Gerakan 9 Desember


Ada hantu yang lebih berbahaya selain komunis yang sempat mempengaruhi sepertiga umat manusia di abad ke-20 silam. Hantu itu nyata, bahkan terlihat rapih dan gagah namun dapat merusak moral kehidupan bernegara. Hantu itu bernama korupsi yang selalu berkeliaran dan merasuki seluruh daerah. Korupsi atau penyalahgunaan jabatan dengan maksud memperkaya diri sendiri saat ini sudah menjadi musuh bersama. Akibat ulahnya, tidak heran jika banyak yang menjadi korban keganasaanya sehingga masyarakatpun hidup dalam kemiskinan. Secara garis besar perbuatan korupsi adalah perampokan, penggelapan, pemerasan keuangan yang dapat merugikan negara. 

Pada tahun 2003 Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menyepakati bahwa pada tanggal 9 Desember sebagai hari anti Korupsi Se-Dunia. Penetapan itu menjadi perhatian sekaligus tekad dunia untuk memerangi korupsi. Di Indonesia kata korupsi biasanya di pelesetkan menjadi salah-satu budaya dalam pemerintahan. “Budaya Korupsi”, begitulah orang-orang menyebutnya karena praktek seperti ini sering di perlihatkan oleh para pejabat negara. Belum lagi soal pelayanan yang masih rendah, sehingga istilah masalah akan mulus jika ada fulus selalu menghantui masyarakat. Hal sepeleh seperti ini menjadi salah satu contoh budaya korupsi yang selalu di temukan. Selain itu dalam penegakan hukum juga masih terasa tebang pilih sehingga kasus korupsi terkadang hilang begitu saja di mejah penegak hukum.

Peristiwa seperti ini kadang membuat geram kelompok poros tengah yang hidup di dunia kemahasiswaan. Apalagi dalam peringatan 9 Desember suasana kampus ramai di penuhi spanduk yang bertemakan pemberantasan terhadap korupsi. Para aktifis mahasiswa dengan semangat meneriakan kecaman dan kutukan kepada para pelaku korupsi. Biasanya yang menjadi sasaran utama dalam peringatan itu ialah pemerintah dan instansi penegak hukum. Berbagai warna bendera yang menjadi simbol identitas mahasiswapun tumpah ruah di jalan raya. Meskipun terkadang dengan konsep yang tidak terlalu jelas, mereka tetap mengumandangkan protes, demonstrasi, bahkan tawuran kepada pemerintah yang di anggap korup dan tidak adil. Soal benar dan salah itu persoalan lain, yang penting aktualisasi diri tetap di lanjutkan. Begitu kira-kira pandangan sebagian di antaranya.

(Photografer : Ld.Sakiyudin)

Seperti kata Abraham Maslow, aktualisasi menjadi salah satu kebutuhan yang melekat di dalam diri setiap manusia. Begitu juga dengan mereka para kelompok mahasiswa yang selalu tertantang untuk mempertahankan gelarnya sebagai agen social of control. Peringatan Hari Anti korupsi menjadi sarana untuk menguji kemampuan, mental dan keilmuan yang mereka dapatkan selama di dunia kampus. Mereka merasakan betul setelah tamat sekolah dan melanjutkan di perguruan tinggi, dunia terasa milik mereka. Semakin di tonton oleh gadis-gadis atau pacar mereka, maka semangat demonstrasinya pun jadi membara. Apalagi di tambah oleh film-film, dan buku-buku perjuangan yang di pelajarinya tentu sangat mempengaruhi batin mereka. Itulah sebabnya mereka mengikat kepala, mengibarkan bendera, berorasi karena terbayang akan kegagahan tokoh yang di idolakan.

Terus jika demikian adanya, sebenarnya apa yang menjadi substansi gerakan mereka dalam memperingati hari anti korupsi? Sekedar kampanye atau mengaktualisasikan diri semata? Harapannya tentu tidak demikian, karena peringatan 9 Desember seharusnya menjadi milik bagi siapapun yang insyaf karena sadar akan bahaya dari korupsi. Mahasiswa merupakan kelompok yang memiliki wawasan keilmuan yang luas. Sepatutnya peringatan hari anti korupsi bukan sekedar euforia gerakan semata, melainkan langkah awal untuk menyususn kekuatan, konsep, mendorong dan menyelesaikan kasus yang luput dari perhatian hukum. Setelah itu menjadi bahan evaluasi oleh mahasiswa untuk mengawal selama satu tahun berikutnya, sehingga perjuangan melawan korupsi tidak hanya di hari anti korupsi saja.

Kampus memang menjadi mimbar bebas bagi mahasiswa untuk mengenal kehidupan lainnya. Lingkungannya di hiasi penuh dengan manusia-manusia intelektual, maka ketika menyusun gerakan semestinya juga memiliki konsep yang jelas pula. Sehinga warna dari aksi hari anti korupsi ini tidak terlihat spontanitas semata. Coba kita amati sejenak muatan isu mahasiswa yang di terikan di daerah-daerah terkadang masih terdengar begitu umum. Berdasarkan hal tersebut, warna gerakan terkesan hanya turut mengambil peran meramaikan peringatan hari anti korupsi se-dunia. Mahasiswa terlihat kekurangan bahan untuk membasmi tikus-tikus berdasi yang berada di daerah.

Belum lagi diantara organisasi kemahasiswan lainnya cenderung jalan sendiri-sendiri tanpa ada konsilidasi bersama sebelumnya. Masing-masing ingin tampil sehingga orasi yang di sampaikan oleh lembaga terkadang saling bertabrakan sehingga tidak jelas penyampaiannya. Disaat seperti itu terlihat bahwa gerakan mahasiswa terasa tidak solid apa lagi untuk memerangi korupsi. Apa lagi peringatan hari anti Korupsi kali ini bertepatan dengan pilkada serentak, menjadi kesempatan untuk mengawal dan melahirkan pemimpin yang berintegritas. Pemimpin yang memiliki komitment untuk menjadikan korupsi sebagai musuhnya. Mengkapanyekan sekaligus memantau proses pemilihan yang dapat berpotensi melahirkan bibit-bibit korupsi sehingga terawasi dan di basmi.

Berani Jujur Itu Hebat...
Katakan Tidak Untuk Korupsi...

Baubau, 9 Desember 2015

Kamis, 24 September 2015

Belajar Berkorban Melalui Kurban


Selain hari raya idul fitry, salah satu perayaan terbesar yang dilakukan umat muslim yaitu peringatan hari raya Idul Adha. Perayaan Idul Adha dikenal juga dengan hari raya kurban yang dilaksanakan pada hari ke 10 kalender islam dibulan Dzulhijah. Hari raya kurban dialamatkan pada ibadah ini dikarenakan seluruh umat islam bagi yang mampu diwajibkan untuk mengkorbankan sebagian hartanya melalui binatang ternak (Qs.Al Hajj:34). Puncak dari perayaan hari raya ini ditandai dengan melakukan penyembelian binatang ternak yang telah direzekikan Allah SWT. Mengapa umat islam mesti di anjurkan untuk selalu berkurban? Apakah tuhan membutuhkan darah ataupun daging dari hewan ternak?


Memang secara kasat mata perayaan hari Idul Adha terlihat sadis karena disambut dengan ekspresi yang berkonotasi menyukai kekerasan. Pada moment ini umat muslim berkurban sangat bersemangat dan tertantang untuk mengendalikan ternak yang akan disembeli. Biasanya tenaga hewan yang dikurbankan melebihi tenaga manusia, sehingga untuk mengendalikannya dibutuhkan sebuah strategi dan taktik yang baik. Oleh karena itu saat berhasil menggulingkan se-ekor sapi misalnya, seketika itu pula tumbuh kepuasan dan kegembiraan tersendiri. Akan tetapi kurban cuman sebatas media sebagai ungkapan rasa syukur serta untuk saling berbagi atas rezky yang telah didapat. Sebab sebagian harta yang kita miliki ialah kepunyaan orang lain. Sebenarnya bukan darah ataupun daging yang dibutuhkan oleh sang pencipta, melainkan ketakwaan semata. Peristiwa hari kurban ini sekaligus mengenang begitu besar pengorbanan cinta Nabi Ibrahim kepada Allah SWT. Beliau ialah tokoh pemberontak bagi kaum berhala yang memiliki ketakwaan begitu besar. Sehingga kita semua di anjurkan untuk mengikutinya sebagaimana Allah memerintahkan Muhammad untuk mengikuti Nabi ibrahim. As.(Qs.An Nahl:123)    

Sekilas pelaksanaan kurban terlihat hanya sebatas saling berbagi rezky semata. Tetapi jauh dari itu semua, sesungguhnya kurban dapat berarti bagi manusia untuk membunuh semua rasa keserakahan dan senantiasa menghidupkan rasa kepedulian didalam diri. Kurban bukan sebatas berbagi makanan saja, tetapi yang paling terpenting juga adalah menumbuhkan rasa kepedulian terhadap kehidupan sosial lainnya. Artinya selain mencintai keluarga, kita juga bertanggungjawab untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat lainnya. Kita mendapatkan pesan untuk selalu mengedepankan kepentingan umum serta mengorbankan kepentingan pribadi maupun golongan (keluarga). Jika dihubungkan dalam falsafah eks-Kesultanan Buton yaitu "Bholimo karo Somanamo Lipu". Karena jika terlalu berlebihan mencintai anak/keluarga, kita dapat terjerumus dalam kezoliman sosial, seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Seyogyanya momentum Idul Adha yang dilaksanakan saat ini dapat menjadi bahan renungan bagi umat islam untuk dapat menumbuhkan komitmen kebangsaan. Sebab dengan perayaan hari raya Idul Adha terselip  arti cinta yang sesungguhnya, yaitu memberi dan pengorbanan. Jauh sebelum Eric Fromm mengartikan cinta itu adalah "memberi", ribuan tahun yang lalu semuanya sudah dipraktekan oleh nabi Ibrahim As dalam kisahnya. Dari sisi sejarah Idul Adha merupakan pengalaman rohani Nabi Ibrahim As bersama anaknya Ismail As. Di saat usianya yang begitu tua, ia harus merelakan anaknya (ismail) untuk di kurbankan. Semua itu dilaksanakan semata-mata demi menunjukan ketakwaannya kepada Allah SWT. Karena begitu besar rasa cintanya kepada sang pencipta, Nabi ibrahim rela mengorbankan anak yang telah lama dinanti-nantikan untuk dikurbankan, yang kemudian di gantikan dengan se-ekor kambing. pertanyaan berikutnya mampukah kita mengorbankan diri dan keluarga kita untuk kepentingan umat?

Atas dasar inilah, saat ini  kita di anjurkan untuk memperingati hari raya Idul Adha yang telah diwariskan oleh nabi Ibrahim kepada umat islam.  Dengan menyadari tujuan berkurban sembari memahami bahwa pada masa Nabi Ibrahim kambing atau hewan ternak secara umum merupakan simbol kekayaan yang paling tinggi yang dimiliki seseorang, maka pada saat ini semangat berkurban seharusnya jauh melampaui daripada sekadar mengurbankan seekor kambing. Hal ini berangkat dari realitas sosial yang berkembang di masyarakat, yang masih banyak saudara-saudara kita yang hidup di bawah garis kemiskinan, tingkat anak putus sekolah yang tinggi, kualitas kesehatan masyarakat yang rendah, dan realitas sosial lain yang begitu mengkhawatirkan. Dari kesadaran tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kembali rasa optimisme warga bangsa ini menuju kepada cita-cita kemandirian bangsa yang berkeadilan sebagai tujuan bernegara. Semoga kita dapat mempelajari pengorbanan ini melalui hari raya Idul Adha. Sehingga dapat membentuk peradaban yang baik dan diridhoi Allah SWT.

Baubau, 24 September 2015

Selasa, 11 Agustus 2015

Potret 70 Tahun Bangsa Indonesia Merdeka


Agustus menjadi bulan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Ketika masuk di bulan ini, suasana terlihat berbeda di seluruh penjuru nusantara. Dihati setiap orang dihinggapi rasa bangga atas keberhasilan para pejuang yang telah meraih kemerdekaan. Kemerdekaan menjadi gambaran bahwa Indonesia bukanlah sebuah bangsa yang lemah, melainkan sebuah bangsa yang kuat. Waktu telah mencatat,  tanggal 17 Agustus 1945 ialah puncak dari ketangguhan bangsa Indonesia mempertahankan tanah airnya. Kini Dalam setiap hela napas anak negeri berhembus pahala bagi mereka para pahlawan.

Memperingati hari kemerdekaan sudah menjadi sebuah keharusan bagi setiap orang. Cara seperti itu merupakan bagian dari ungkapan rasa syukur, menghormati, sekaligus mengenang pengorbanan para pahlawan. Perayaan Hari kemerdekaan mendapat sambutan yang baik dari setiap warga Indonesia. Meskipun kemudian masih ada sebagian diantara kita yang tidak dapat merayakannya dengan penuh kebahagiaan, namun rasa nasionalisme tetap terpatri didalam dada. Ada banyak kegiatan yang dilakukan, seperti membuat perlombaan dan kegiatan lainnya yang dapat meramaikan hari jadi NKRI. Alun-alun jalan mendadak diramaikan dengan spanduk bertemakan kemerdekaan, dan ramai dijadikan tempat latihan baris berbaris masyarakat. Tetapi apakah perayaan hari kemerdekaan itu sebatas seremonial belaka.?

Saat ini generasi anak bangsa mendapat amanah yang berat untuk mengisi dan mempertahankan kemerdekaan. Peringatan 17 Agustus bukanlah sebuah seremonial belaka, melainkan juga dapat membawa spirit baru demi kemajuan bangsa Indonesia. Bukan berarti 70 tahun Indonesia merdeka tidak ada sedikitpun kata kemajuan yang sudah dicapai. Hanya saja cita-cita luhur itu belum sepenuhnya terwujud dirasakan oleh masyarakat di seluruh pelosok nusantara. Oleh karena itu Kemerdekaan perlu diartikan bukan sekedar mengusir kolonialisme semata. Tetapi Melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, untuk memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa seperti niat didirikannya negara ini yang tertera dalam UUD 1945.

Tak dapat dipungkiri Potret sebagian bangsa Indonesia memang masih hidup dalam kemiskinan. Tetapi semangat kemerdekaan bukan berarti pula telah luntur di hati mereka. Rasa nasionalisme masih melekat didalam jiwanya, walaupun masih bertempat tinggal di sebuah gubuk yang hendak ambruk. Tidak ada sedikitpun tabungan modal yang dimiliki, melankan hanya tabungan cinta terhadap tanah air. Modal yang dimilikinya hanyalah ikhtiar dan semangat meskipun diantara kalangan mereka masih menggantungkan hidupnya kepada sampah. Tetapi mereka bukanlah sampah masyarakat, melainkan korban dari pemimpin yang telah mencuri kebahagiaan rakyatnya.
 
(Foto : asmadie.blogdetik.com)

Melindungi, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa sudah menjadi tugas dan tanggung jawab negara. Saat ini cita-cita itu perlahan-lahan sudah terlunasi dan di terima oleh sebagian masyarakat Indonesia. Banyak diantara kita sekarang yang sudah mandiri, mendapat pendidikan, kesehatan, bahkan dapat bersaing ditataran dunia. Namun Terlepas dari itu semua masih banyak saudara-saudara kita yang hidup dalam keterasingan. Sentuhan pemerintah masih langkah dirasakan bagi daerah hampir di seluruh pelosok negeri. Dari sudut yang lain budaya pelayanan seperti hukum, kesehatan maupun social masih terasa tebang pilih ketika di terapkan. Untuk memberantas hal seperti ini memang tidak semudah membalikan telapak tangan. Rusaknya mental dan akhlak menjadi penyakit utama yang harus diperangi dalam jiwa. Apa lagi masih begitu banyak persoalan yang datang mengobrak-abrik tanah pertiwi.

Tetapi begitulah ciri dan tanda sebuah bangsa yang besar. Sebab bangsa yang besar selalu berdiri dan bangkit ketika berulang kali digoyang berbagai macam masalah. Tidak ada kemerdekaan yang diraih dengan situasi yang datar-datar saja. Semua butuh pengorbanan, usaha dan tekad yang kuat, apa pun permasalahan yang datang harus di hadapi karena masalah tak dapat kita hindari. Iwan fals dalam syair lagunya mengungkapkan bahwa "lusuhnya kain bendera dihalaman rumah kita bukan suatu alasan untuk kita tinggalkan". Artinya sepahit apapun yang kita rasakan bukan berarti harus meninggalkan negara ini. Apalagi menggadaikan negara yang sudah dibangun dengan penuh darah, air mata dan dalam kondisi yang sangat terpuruk.

Peringatan hari kemerdekaan perlu dijiwai bukan semata-mata untuk romantisme masa lalu saja. Kini 70 tahun negara ini di proklamirkan, bendera semakin mantap berkibar. Teguhkan hati demi mewujudkan cita-cita kemerdekaan yang belum sempat di raih. Gapai kembali mimpi pendiri bangsa ini sehingga sampai pada kata sejahtera. Tidak ada lagi kata orang miskin dilarang sakit, buta huruf, kelaparan, tebang pilih, dan kesenjangan sosial lainnya seperti sebelum Indonesia merdeka.

Bangkitlah Indonesiaku..

Baubau 11 Agustus 2015

Senin, 08 Juni 2015

LPJ KETUM HMI KOMISARIAT SOSPOL UNIDAYAN



I. Pendahuluan.
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Tiada ucapan yang paling mulia untuk memulai laporan ini selain ungkapan rasa syukur yang tak terhingga atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita sekalian, sehingga masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk dapat berkumpul dan menjalin silaturahmi dalam suasana kekeluargaan yang selalu bernafaskan islam untuk membahas agenda-agenda keumatan didalam forum yang terhormat dalam rapat Anggota Komisarit SOSPOL Unidayan Cabang Baubau yang ke-II.

Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Allah Muhhamad s.a.w beserta keluarga dan para sahabatnya  yang mengantarkan alam ini dari masa jahilyah hingga mewariskan kepada kita jalan keselamatan berupa pedoman dan tuntunan yang sempurnah bagi kehidupan dunia dan akhirat. Semoga kita sekalian selalu merindukannya dan diperjumpakan di kemudian hari kelak. Amin Ya Rabbal Alamin.

Saudara-saudaraku peserta sidang yang terhormat..
Satu periode kepengurusan yang terbilang singkat ini, ungkapan terima kasih kepada seluruh teman-teman atas semangat yang bergelora dari tiap-tiap pengurus untuk saling berhimpun,membangun demi eksistensi keberadaan komisariat Sospol yang kita cintai. Langkah demi langkah telah coba kami jejakan, dari rangkulan tangan yang saling bergenggaman erat diantara kita sekalian, namun tak terasa ternyata masa kepungurusan lama sebentar lagi akan berkahir dan akan dilanjtukan bagi pengurusan yang baru kedepannya. Perjuangan selama ini memang terlihat sederhana namun menurut kami ini merupakan sebuah amanah yang sangat besar, sebab menjaga nama baik lembaga yang telah membesarkan kita sekalian di bendera Hijau Hitam Komisariat Sospol Unidayan. Hal ini dikarenakan komisariat ini baru dapat berdiri pada tahun 2013 yang lalu dan alhamdulillah kita sebagai kepengurusan pertama komisariat ini dapat mempertahankan perjuangan para senior yang begitu panjang menghadapi dinamika politik demi melahirkan komisariat pada tahun 2008 yang lalu. Meski demikian  kami pun tak mengellakan begitu banyak pula kekurangan-kekurangan yang kami goreskan dalam mengemban amanah sebagai pengurus selama ini.

Saudara-saudara sekalian peserta sidang yang terhormat...
Kejujuran dan ketulusan hati untuk berintropeksi diri secara objektif menjadi suatu kemestian agar forum yang mulia ini benar-benar dapat menjadi langkah awal untuk merangkai masa depan yang gemilang. Forum RAK merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi untuk menentukan proses jalannya organisasi yang kita cintai ini. seuntai harapan pada kita semua agar evaluasi dan proyeksi nantinya dapat dihasilkan dari sebuah pemikiran yang cerdas, serta dengan hati yang bernurani, kerena semuanya hanya semata-mata untuk himpunan mahasiswa islam, bukan siapa-siapa.

Pada saat inilah harapan untuk lebih serius memperbaiki HMI khususnya komisariat Sospol Unidayan di uji dengan segala sistem untuk memperbaiki secara legal formal perlu dilakukan dalam forum RAK. Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, perkenankan kami menyampaikan laporan pertanggung jawaban dari amanah yang kami emban selama satu periode kepengurusan dengan sistematika sebagai berikut:

I.         Pendahuluan
II.      Kondisi Objektif
III.   Evaluasi dan Proyeksi
IV.   Laporan Hasil Kegiatan
V.      Penutup

Adapaun beberapa pelaksanaa program kerja yang sudah kami jalankan terlampir dalam laporan pertanggung jawaban ini. Dengan pengharapan yang begitu tinggi semoga segala kekurangan yang kami jalankan selama ini dapat di perbaiki lebih baik lagi oleh pengurus komisariat yang baru nantinya jika telah terpilih. Segala kelemahan dan kekurangan kami tentunya harus dikubur dalam-dalam. Apabila ada kelebihan mapun manfaat dari segala aktifitas yang kami jalankan selama ini kiranya dapat mengacu bagi pengurus kedepannya untuk lebih baik lagi.

II. KONDISI OBJEKTIF
Kondisi Internal.
Ada sebercik asa yang sempat menghinggapi kepengurusan kami selaku Komisariat yang baru di lahirkan belum lama ini. Ibarat bayi, kami berusaha untuk bisa berjalan seimbang seperti komisariat yang terlebih dahulu didirikan. Dengan segala usaha yang begitu keras, alhamdulillah komisariat sospol dapat beridiri dan berjalan dengan baik, meskipun demikian belum dapat berlari untuk mengejar komisariat lainnya yang telah banyak melahirkan kader. Sebab selama kepengurusan saat ini kami sekalian berusaha menjadi penyimbang untuk bisa berdiri bersama-sama dengan komisariat lainnya dengan menjalankan sepenuhnya program kerja kepengurusan. Sehingga kami lebih banyak fokus menunjukan eksistensi dengan berbagai kegiatan kemayarakatan sehingga aktifitas pengkaderan melalui perekrutan anggota sedikit dijalankan. Oleh karenanya penambahan jumlah kader kurang begitu signifikan meningkat, akan tetapi bukan berarti tidk ada dan tidak dilaksanakan.

Sikap asa itu kemudian semakin dipertambah saat presidium lain dalam Komisariat Sospol Unidayan mendapatkan amanah tambahan saat mengemban jabatan di luar lembaga ini untuk menjaga mission secret HMI menghijau hitamkan kampus. Sala satu pengurus itu dinataranya saudara Sunar Diayansa menjabat sebagai Ketua BEM Sospol, Arman Zukuri sebagai Ketua HMPS Administrasi Negara Sospol Unidayan. Namun dengan suatu etikad yang begitu besar, sehingga tantangan dan beberapa tantangan yan kami hadapi dapat di selesaikan satu persatu meskipun kadang berjalan tersendat-sendat. Hingga kewajiban yang seminimal mungkin dapat kami jalankan, demi mengayuh roda organisasi Komisariat Sospol unidayan tetap berjalan.

Kondisi Eksternal
Sebagai organisasi dikenal oleh banyak orang tentunya begitu banyak tantangan dari luar yang dihadapi oleh HMI Komisariat Sospol Unidayan. Dengan begitu banyaknya lembaga eksternal kemahasiswaan yang lain, nuansa berbeda dihadapi oleh komisariat ini untuk dapat bersaing. Nuanasa persaingan itu dapat dirasakan melalui prestasi akademik, maupun akhlak yang di distribusikan oleh kader masih rendah dibanding dengan lembaga islam lainnya. Posisi ini tentunya dapat mengurangi penilaian setiap orang maupun secara kelembagaan Fakultas Sospol Unidayan terhadap lembaga ini. Sehingga dapat berimplikasi terdapap kurangnya kepercayaan dari senior. Baik yang berada didalam maupun diuar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik untuk selalu mendukung secara materi maupun non materi demi menjaga eksistensi HMI menjadi melemah.

III. EVALUASI DAN PROYEKSI
Bercermin dari kepengurusan periode ini, maka ada beberapa hal penting yang patut menjdi perhatian kita bersama sebagai bahan evaluasi dan proyeksi untuk dapat dilakasnakan bagi kepengurusan berikutnya.

Pertama, harus ada peneguhan hati (komitmen) untuk benar-benar membulatkan tekad dan terus menjaga api gelora semangat anggota maupun pengurus kedepan untuk lebih opimal menghasilkan kinerja-kinerja komisariat yang lebih baik lagi.

Ke-dua, layaknya sebagai organisasi kemahasiswaan maka semestinya seluruh pengurus inti maupun anggota lainnya harus memperbaiki tradisi intelektual (membaca & diskusi), serta kedisiplinan dan akhalak  harus di benahi kembali. Karena kader Hmi ketika berada di tengah-tengah mahasiswa dipandang sebagai mahasiswa yang tidak religius,sekuler, dan bahkan cenderung liberal.

Ke-tiga, pemahaman seluruh kader tentang substansi Mission HMI harus di permantap kembali. Harapannya gerak kader tidak boleh statis dibentengi oleh dinding sekretariat semata mempertahankan intelektual. Intelektual juga penting tetapi misi keumatan dan kebangsaan harus diperhatikan. Wacana dan isu sosial juga patut untuk di kaji, dibahas,dan di tuntaskan bersama. Sebab tidak dapat dipungkiri saat ini orang yang di anggap cerdas di HMI yaitu mereka yang ahli berfilsafat, sementara diluar dari pada itu dipandang tidak cerdas.

IV. LAPORAN HASIL KEGIATAN
Adapun capaian Kinerja HMI komisairat SOSPOL Unidayan periode 2013-2014 saat ini dapat dilihat melalui program kerja pengurus yang telah diselesaikan. Ada 5 (Lima) point program yang disusun yaitu :

1.    Melaksanakan Basic Training (BASTRA).
2.    Melaksanakan kajian.
3.    Melaksanakan kegiatan – kegiatan sosial.
4.    Melaksanakan perayaan hari – hari besar Islam.
5.    Melaksanakan follow up materi  (Bastra)

Kami menyadari bahwa dengan segala usaha dan keterbatasan yang kami miliki, dari sekian program kerja tersebut tidak sepenuhnya 100% dapat di selesaikan. Dari ke-enam program kerja yang telah disediahkan, ada 1 point yang belum dapat dijalankan pada periode kepengurusan saat ini. Rata-rata presentase kinerja saat ini yaitu sebesar 80% (persen). Adapun beberapa program yang dapat dijalankan diantaranya sebagai berikut.

1. Melaksanakan Basic Training
Sebagai organisasi pengkaderan, sebagai pengurus perdana HMI Komisariat Sospol Unidayan pada peridoe ini telah menyelesaikan 2 (dua) kali basic training HMI.
Bastra Pertama, di selenggarakan pada tanggal 22 Rabiul Awal 1435 H bertepatan dengan tanggal 24 Januari 2014 M dengan tema Menyemaikan “NDP Hmi sebagai dasar gerak kader”. Basic perdana ini di ikuti oleh 25 peserta dan yang menyelesaiakan training sebanyak 18 orang oleh berbagai fakultas internal maupun eksternal unidayan. Untuk internal fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu yang menyelesaikan trianing ini yaitu sebanyak 7 orang.
Bastra Kedua,diselenggarakan pada tanggal 27 Jumadil Akhir 1436 H atau bertepatan pada tanggal 16 April 2015 M dengan tema “Internalisasi Konstitusi HMI dalam membentuk Kualitas Insan Cita”. Basic angkatan ke-dua ini di ikuti oleh 16 peserta dan yang dapat menyelesaikan training sebanyak 7 orang.

2. Melaksanakan Kajian
Dalam upaya peningkatan kualitas dan pemahaman anggota, kajian-kajian non formal dilakukan juga oleh pengurus terutama terkait tentang Ke-HMI-an, dan fenomena sosial yang terjadi di lingkup Kota Baubau.

3. Pelaksanaan Hari-Hari Besar Islam
Sebagai organisasi yang berasaskan islam, selama kepengurusan perdana HMI Komisariat Sospol Unidayan telah melaksanakan 2 kali kegiatan perayaan hari besar agama islam. Adapun kegiatan itu dinataranya yaitu :
Pertama, mempringati Maulid Nabi bersama anak yatim Piyatu di Masjid Panti Asuhan Muslimin Kota Baubau Betoambari dengan tema “Makna Maulid Dalam Membentuk Nilai Profetik Pada Perjuangan Pemuda Masa Kini”. kegiatan ini di ikuti oleh beberapa Komisariat, Osis Se-Kota Baubau, dan lembaga kemahasiswaan Se-Unidayan dan organisasi lainnya. Pada kesempatan kegiata ini dibuka oleh Kabid Pemberdayaan Umat Pengurus HMI Cabang Baubau oleh Kanda La Ode Sakiyudin serta di pandu oleh Kanda Laode Ibrahim,S.Pdi selaku narasumber.

Kedua, Buka puasa bersama anak yatim piyatu bertempat di Warung Kopi Mangga Dua Kelurahan Batulo. Kegiatan ini di hadiri juga oleh beberapa Alumni dan komisariat Cabang Baubau serta di pandu oleh Ustadz Majid Nene selaku pembawa cerama. Pada kegiatan ini juga pengurus memberikan santunan kepada anak yatim yang semoga amal ibadah seluruh kader HMI dapat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan. Kegiatan ini bertema “Merajut Keceriaan bersama menyabut Bulan Suci Ramdhan” dengan tujuan membentuk ukhwa islamiya antar sesama kader dan umat islam lainnya.

4. Melaksanakan Follow Up Materi Basi
Kami menyadari bahwa pelaksanaan follow up materi basic training kepada peserta tidak berjalan sebagaimana yang dininginkan. Akan tetapi beberapa kesempatan selama periode kali ini kegiata follow up materi juga dilakasanakan pasca basic training selesai. 

Selain kegiatan yang dilakukan sesuai dengan program kerja yang pernah dilaksanakan, Komisariat Sospol juga sempat mengelaurkan beberapa 6 Jurnal Hijau Hitam setiap minggunya. Jurnal ini berguna dalam rangka promoasi serta memberikan informasi yang insya Allah dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menjaga wacana intelektual HMI. 

(Peringatan Maulid Nabi Bersama Anaka Yatm Piyatu)

(Sambutan Kabid PU Cab.Baubau Peringatan Maulid)

(Pemberian Santunan Kepada Pengurus Masjid Panti Asuhan)

(Pembukaan Bastra Ke-II Komisariat Sospol Unidayan)

(Penyerahan Nama Peserta Bastra Dari Ketum Ke MOT)

(Buka Puasa Bersama Anak Yatim Piyatu)

(Jurnal Hijau Hitam Komisariat Sospo Unidayan)

(Saat Pelantikan Pengurus Komisariat Sospol 2013-2014)

V. PENUTUP
Demikianlah laporan kerja ini kami sampaikan, dengan harapan dalam forum yang muliah ini dapat dibangun sebuah formulasi perbaikan yang komprehensif. Kami sangat yakin dari rahim forum ini akan lahir ide-ide cerdas. Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami mohon masukan dari seluruh kader agar kedepannya kita bisa memperbaiki diri masing-masing demi Komisariat Sospol Unidayan tercinta. Atas perhatian dan partisipasi teman-teman kami ucapkan terima kasih. Dengan rasa yang paling tulus dan ikhlas kami memhon ma’af atas segala kekurangan,kesalahan, kelalaian selama kami mengenggam amanah dalam periode kali ini. Akhirnya sebagai kata penutup, ada pepatah bijak yang perlu kita pegang bahwa, Tidak Perlu Hebat Untuk Berbuat, Tetapi Berbuatlah Untuk Menjadi Hebat.

Bilahhitaufik Walhidayah 
Wassalamu Alaikum Wr.Wb

                                                                       Baubau, 13  Sya’ban 1436  H
                                                                            31  Mei       2015 M

YAKIN USAHA SAMPAI..

 HORMATKU

SYAHRIL.H
KETUA UMUM/DEMISIONER