Rabu, 21 Januari 2015

MEMBUKA KOMUNIKASI POLITIK YANG TERSUMBAT

"Membangun Komunikasi Politik Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah" adalah tama yang diangkat pada seminar nasional yang diselenggarakan Oleh Fakultas Sospol Unidayan. Kegiatan tersebut di hadiri oleh kepala daerah di jazirah Buton Raya seperti Bupati Buton,Bupati Buton Tengah,Walikota Baubau yang hadir sebagai pembicara. Namun bukan mereka yang sebenarnya di nantikan oleh mahasiswa, melainkan pemateri nasional yang sering tampil di layar televisi yaitu Prof. Tjipta Lesmana seorang pakar Komunikasi Politik. Kegiatan ini sengaja di buat untuk menjaga komunikasi yang mulai memudar, sehingga dapat membangun masyarakat dan daerah yang lebih baik. Meski pembahasan masih sangat jauh dari konteks tema yang di angkat, namun dapat bermanfaat untuk memperdalam kebutuhan ilmu pengetahuan.

Saat ini, seringkali kita menyaksikan gejolak yang mengiringi jalannya pemerintahan pusat maupun daerah. Ruang demokrasi yang terbuka memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk dapat menyampaikan pendapatnya. Tak heran, maraknya aksi demonstrasi menjadi hal yang sering kita jumpai dalam perpolitikan saat ini. fenomena tersebut menjadi pertanda bahwa ada sebuah komunikasi yang tersumbat dalam setiap keputusan yang diambil oleh aktor kebijakan. Sehingga salah satu metode yang diambil untuk dapat berkomunikasi bersama pemangku kekuasaan yang dianggap mati rasa dilakukan dengan memilih turun kejalan.

Dalam setiap sendi-sendi kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan yang dinamakan komunikasi. Komunikasi menurut Gerbner didevinisikan sebagai interaksi sosial melalui pesan-pesan. Sebaik apapun konsep atau kebijakan yang di ambil, niscaya tidak dapat berjalan dengan baik apabila pesan yang disampaikan tidak terbangun dengan baik pula. Oleh karenanya fenomena aksi demonstrasi yang sering terjadi tersebut menandakan ada sebuah komunikasi yang terputus antara pemerintah ke masyarakat maupun masyarakat ke pemerintah, Demonstrasi yang dimaksudkan disini ialah diluar dari aksi yang syarat dari kepentingan kelompok.

Menurut Prof.Tjipta Lesmana yang disampaikan pada seminar di Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau, bahwa Komunikasi adalah ilmu yang paling sangat-sangat penting. Selain itu hal yang perlu diperhatikan oleh pemimpin dalam berkomunikasi harus jelas, jangan suka curhat, jangan sering marah-marah dan sebagainya. Terlepas dari penjelasan tersebut, bahwa pemimpin harus dapat memahami filsafat administrasi negara yakni Logika,Etika dan estetika. Karena keputusan yang dianggap benar belum tentu itu baik dan indah pada perjalanan pemerintahan. Dengan demikian komunikasi dapat terlakasana dengan baik jika pemimpin dapat memahami filosofi seperti ini.

Ada dua istilah yang sering kita dengar pada sistem politik, yaitu suprastruktur politik dan infrastruktur politiik. Suprastruktur politik yaitu sebuah lembaga pengambil keputusan yang sah dalam pemerintahan, seperti yang disebutkan oleh montesquieu dengan membagi kekuasaan yang dikenal dengan sebutan Trias Politica (Eksekutif,Legislatif,Yudikatif). Sementara Infrastruktur politik yaitu lembaga kemasyarakatan yang aktifitasnya dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung dalam kebijakan pemerintah seperti LSM,Perguruang Tinggi dan sebagainya.

Membangun komunikasi sangat penting untuk terjalin dengan baik oleh kedua sistem politik tersebut dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sejauh ini, komunikasi yang dilakukan cenderung elitis hanya melibatkan tokoh-tokoh politik semata. Akan tetapi lembaga kemasyarakatan seperti perguruan tinggi tidak terberdayakan. Padahal Perguruan tinggi dapat menopang perkembangan pembangunan daerah diberbagai sektor baik sosial,ekonomi, dan budaya. Kampus sekedar menjadi lembaga pencetak mahasiswa dengan mengejar gelar dan IPK  semata yang belum tentu jelas masa depannya.

Tidak ada peran yang diberikan kepada pihak kampus, khususnya Universitas Dayanu Ikhsanuddin untuk berpartipasi dalam penyelenggaraan pemerintahan diluar dari pada aktifitas akademiknya. Adapun komunikasi politik itu terjadi, yang telihat cenderung sebuah perselingkuhan pemikiran semata, sehingga timbulah istilah yang dikatakan oleh Julian Benda dengan sebutan “penghianatan kaum cendekiawan”. Hasilnya, Komunikasi Politik yang terbangun sebatas sebuah persengkokolan pemikiran yang dekat terhadap kebutuhan materil, dan kekuasaan, bukan berorientasi kepada kepentingan orang banyak. Selain itu pemerintah juga seolah anti kritik dan terkesan tertutup. Sebab banyak dari kegiatan aksi demontrasi, mahasiswa ditindas serta mendapat ancaman bahkan langsung mendapat perlakuan kasar sampai nyawa menjadi taruhannya.


Ada banyak potensi sumber daya manusia lokal yang dapat dikelola di Unidayan maupun kampus lainnya. Terlebih lagi bahwa Wakil Walikota Baubau adalah pemilik dari yayasan Unidayan. Mengapa tidak komunikasi itu tetap dibangun sehingga kampus menjadi penopang dari kegiatan pemerintahan, sehingga dapat berjalan dengan baik. Mahasiswa dapat terberdayakan dengan mengabdi sekaligus belajar langsung dalam kegiatan pembangunan daerah. Oleh karenanya salah satu rekomendasi yang dapat dihasilkan pada seminar tersebut yaitu memberikan peran, dan membuka kembali komunikasi politik bersama Perguruan Tinggi yang tersumbat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar