Sabtu, 03 Januari 2015

MAKNA MAULID UNTUK PERJUANGAN PEMUDAH



Dalam membentuk peradaban yang mulia , Allah SWT mengutus para nabi untuk menjadi perantaranya di muka bumi. Mereka di utus sebagai pembawa kabar gembira dalam memperbaiki akhlak dan tatanan kehidupan umat manusia. Tidak semua manusia dapat terpilih seperti golongan 25 Nabi/Rasul, melainkan orang-orang yang dekat kepada sang pencipta. Bagaimana mungkin kita dapat mengetahui kehendak seseorang jika kita menjauh darinya. Begitulah kira-kira perumpamaan sederhana mengapa Nabi/Rasul menjadi orang-orang pilihan Allah SWT.

Pada Tanggal 12 Rabiul Awal, di tanah mekah terpancar rahmat yang di anugerahkan Allah SWT kepada alam semesta. Nabi Muhammad saw lahir sebagai Nabi penutup sekaligus penyempurna dari ajaran yang di bawah oleh para pendahulunya. Ajaran yang dibawakan tidak sebatas di tunjukan pada golongan tertentu saja, melainkan berisifat universal/berlaku umum sesuai dengan kehidupan manusia.


Atas tuntunan dari Allah SWT, dia berhasil menjalankan tugas yang diamanahkan kepadanya. Membumikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup yang membawa kebaikan dan kedamaian terhadap manusia dan alam sekitarnya. Membebaskan manusia dari krisis moral dan pembodohan, sehinga mengantarkan dunia kepada masa yang penuh dengan logika, etika dan estetika yang berjalan secara harmony kedalam ajaran Islam. Segala rintangan beliau hadapi selama 23 tahun berjihad melawan kemungkaran.

Meskipun Rasulullah tidak pernah menganjurkan untuk memperingati hari kelahirannya (Maulid), bukan berati saat ini Maulid Nabi harus dijadikan sebuah permasalahan yang dapat memecahkan sesama umat muslim. Apalagi sampai menuding sesat dan bid’ah bagi yang merayakannya.  Apakah salah sebagai umat yang mencintai Rasulnya merasa gembira dengan kehadirannya dengan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw yang diutus Allah SWT sebagai pembawa kabar gembira dan rahmat bagi alam semesta. Hal ini dapat dikatakan bida’ah terkecuali Maulid Nabi dijadikan sebagai sebuah ritual ibadah formal yang di tambah-tambahkan dalam ketentuan syariat Islam seperti ibadah sholat, puasa dan yang lainya.

Akan tetapi tulisan ini lebih berfikir bijak dalam memaknai Maulid sebagai bahan intropeksi diri. Mengenang perjalanan Rasulullah untuk dijadikan sebagai panutan dalam hidup untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya,terkusus bagi perjuangan pemuda/mahasiswa.

Gerakan mahasiswa maupun pemuda masa kini, tidak jauh berbeda seperti perjuangan Nabi Muhammad Saw. Bahkan tantangan yang dirasakan oleh Rasulullah sangat jauh berat dirasakan, jika dibandingkan dengan perjuangan pemuda saat ini. Ancaman, harta dan kekuasaan biasanya menjadi godaan yang sangat menggiurkan. Olehnya itu, penghianatan para kaum cendekiawanpun sering terlihat  dengan bermesraan kepada penguasa sampai menggugurkan kewajibannya sebagai agen pemberharu. Corak gerakan yang dilahirkan mahasiswapun mudah dirasakan bahwa terdapat muatan kepentingan politis didalamnya.

Terdapat kisah yang menarik antara Nabi Muhammad Saw dan kaum kafir yang perlu di teladani oleh setiap manusia, khususnya bagi perjuangan mahasiswa saat ini. Ketika itu kaum kafir menemui rasulullah dengan maksud menjanjikan harta, tahta dan wanita untuk meredam gerakan dakwah islam di tanah mekah. Akan tetapi kata Rasul, sekalipun matahari ada ditangan kanannya, dan rembulan ada ditangan kirinya, niscaya tidak akan meninggalkan dakwa Islamnya sampai kalimat Allah tegak di muka bumi.

Oleh karena itu, Maulid Nabi dapat dijadikan sebagai momen dalam membangun kembali semangat gerakan mahasiswa yang semakin meredup dari nilai-nilai perjuangan yang sesungguhnya. Seperti halnya yang dilakukan oleh Sultan Salahudin al ayubi yang saat itu memperingati Maulid Nabi Muhammad dengan tujuan untuk membakar kembali semangat jihad pasukannya yang mulai meredup ketika terjadi perang salib. Menjadikan maulid sebagai perenungan kembali para pemuda untuk dapat meneladani sikap Muhammad sebagai sorang revolusioner sejati yang berakhlak mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar