Dalam
membentuk peradaban yang mulia , Allah SWT mengutus para nabi untuk menjadi
perantaranya di muka bumi. Mereka di utus sebagai pembawa kabar gembira dalam memperbaiki
akhlak dan tatanan kehidupan umat manusia. Tidak semua manusia dapat terpilih seperti
golongan 25 Nabi/Rasul, melainkan orang-orang yang dekat kepada sang pencipta.
Bagaimana mungkin kita dapat mengetahui kehendak seseorang jika kita menjauh
darinya. Begitulah kira-kira perumpamaan sederhana mengapa Nabi/Rasul menjadi
orang-orang pilihan Allah SWT.
Pada
Tanggal 12 Rabiul Awal, di tanah mekah terpancar rahmat yang di anugerahkan
Allah SWT kepada alam semesta. Nabi Muhammad saw lahir sebagai Nabi penutup
sekaligus penyempurna dari ajaran yang di bawah oleh para pendahulunya. Ajaran yang
dibawakan tidak sebatas di tunjukan pada golongan tertentu saja, melainkan
berisifat universal/berlaku umum sesuai dengan kehidupan manusia.
Atas
tuntunan dari Allah SWT, dia berhasil menjalankan tugas yang diamanahkan
kepadanya. Membumikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup yang membawa kebaikan dan
kedamaian terhadap manusia dan alam sekitarnya. Membebaskan manusia dari krisis
moral dan pembodohan, sehinga mengantarkan dunia kepada masa yang penuh dengan
logika, etika dan estetika yang berjalan secara harmony kedalam ajaran Islam. Segala
rintangan beliau hadapi selama 23 tahun berjihad melawan kemungkaran.
Meskipun
Rasulullah tidak pernah menganjurkan untuk memperingati hari kelahirannya
(Maulid), bukan berati saat ini Maulid Nabi harus dijadikan sebuah permasalahan
yang dapat memecahkan sesama umat muslim. Apalagi sampai menuding sesat dan bid’ah
bagi yang merayakannya. Apakah salah
sebagai umat yang mencintai Rasulnya merasa gembira dengan kehadirannya dengan memperingati
hari kelahiran Nabi Muhammad Saw yang diutus Allah SWT sebagai pembawa kabar
gembira dan rahmat bagi alam semesta. Hal ini dapat dikatakan bida’ah
terkecuali Maulid Nabi dijadikan sebagai sebuah ritual ibadah formal yang di
tambah-tambahkan dalam ketentuan syariat Islam seperti ibadah sholat, puasa dan
yang lainya.
Akan
tetapi tulisan ini lebih berfikir bijak dalam memaknai Maulid sebagai bahan
intropeksi diri. Mengenang perjalanan Rasulullah untuk dijadikan sebagai panutan
dalam hidup untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya,terkusus bagi perjuangan
pemuda/mahasiswa.
Gerakan
mahasiswa maupun pemuda masa kini, tidak jauh berbeda seperti perjuangan Nabi
Muhammad Saw. Bahkan tantangan yang dirasakan oleh Rasulullah sangat jauh berat
dirasakan, jika dibandingkan dengan perjuangan pemuda saat ini. Ancaman, harta
dan kekuasaan biasanya menjadi godaan yang sangat menggiurkan. Olehnya itu,
penghianatan para kaum cendekiawanpun sering terlihat dengan bermesraan kepada penguasa sampai
menggugurkan kewajibannya sebagai agen pemberharu. Corak gerakan yang
dilahirkan mahasiswapun mudah dirasakan bahwa terdapat muatan kepentingan
politis didalamnya.
Terdapat
kisah yang menarik antara Nabi Muhammad Saw dan kaum kafir yang perlu di
teladani oleh setiap manusia, khususnya bagi perjuangan mahasiswa saat ini. Ketika
itu kaum kafir menemui rasulullah dengan maksud menjanjikan harta, tahta dan
wanita untuk meredam gerakan dakwah islam di tanah mekah. Akan tetapi kata
Rasul, sekalipun matahari ada ditangan kanannya, dan rembulan ada ditangan
kirinya, niscaya tidak akan meninggalkan dakwa Islamnya sampai kalimat Allah
tegak di muka bumi.
Oleh karena itu, Maulid
Nabi dapat dijadikan sebagai momen dalam membangun kembali semangat gerakan mahasiswa
yang semakin meredup dari nilai-nilai perjuangan yang sesungguhnya. Seperti halnya
yang dilakukan oleh Sultan Salahudin al
ayubi yang saat itu memperingati Maulid Nabi Muhammad dengan tujuan untuk
membakar kembali semangat jihad pasukannya yang mulai meredup ketika terjadi
perang salib. Menjadikan maulid sebagai perenungan kembali para pemuda untuk dapat
meneladani sikap Muhammad sebagai sorang revolusioner sejati yang berakhlak
mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar