Senin, 11 Mei 2015

PERASAAN YANG KONTRADIKTIF DI HARI WISUDA

Waktu terasa begitu singkat berganti, mimpi selama ini untuk mencapai gelar sarjana akhirnyapun dapat terwujud. Meski 3 kali pelaksanaanya tertunda, pada akhirnya tanggal 11 Mei 2015 Unversitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau melaksanakan perayaan wisudanya yang ke-31 kalinya. Alhamdulillah saya seorang diantara mahasiswa lainnya yang akan di kukuhkan mendapat gelar sarjana. Wisuda kali ini di ikuti oleh  361 Mahasiswa dari 7 fakultas yang ada di Unidayan. Acara berjalan penuh hikmat dan di hadiri oleh unsur Muspida se-jazira Buton Raya diantaranya ialah Bupati Buton Selatan. Suara merdu yang di nyanyikan oleh vokal group semakin menambah semaraknya kegiatan. Apa lagi saat lantunan syair lagu "syukur" karya Husein Mutahar dinyanyikan pada acara ini, hati semakin terhanyut dan larut dalam kesedihan mengingat begitu banyak karunia yang telah di berikan oleh sang pencipta selama ini.  

Suasana kesedihan itu kembali terasa ketika harus mengingat orang yang dicintai tak bisa hadir disaat momen-momen seperti ini. Sosok yang selalu mendukung setiap langkah saya untuk beraktualisasi di dunia kemahasiswaan. Masih jelas terekam dalam ingatan pesan yang pernah disampaikannya, bahwa selama ia mampu membiayai saya untuk sekolah, jangan dulu pernah berfikir untuk cepat selesai jika ilmu yang didapatkan masih belum cukup. Pesan inilah yang tak pernah hilang meskipun pada akhirnya ia harus pergi duluan menghadap sang pencipta sebelum harus melihat anak bungsunya ini mengenakan baju toga sarjananya. Beliau adalah Ayahanda tercinta, sosok inspirasi buat saya yang belum lama ini tutup usia.

Dibalik itu semua, saya yakin terdapat maksud dan pesan yang baik dari takdir-Nya. Kata Hayati Hujan Tak hanya mendatangkan basah,melainkan juga dapat membawa berkah. Letusan Gunung berapi tidak semata-mata hanya dapat merusak tanaman, tetapi juga dapat menyuburkan tanah serta memberi kehidupan yang lebih baik lagi bagi tanaman disekitarnya. Dibalik Kesusahan pasti ada kemudahan (innama al'usri yusran) begitulah janji ALLAH S.W.T yang selalu menjadi kekuatan bagi saya untuk dapat menjadi sosok yang lebih tegar. Bahwa sesungguhnya larut dalam kesedihan bukanlah sebuah pilihan yang baik untuk kedepannya.

Perasaaan senang dan sedih tak dapat dipungkiri berperang begitu hebat di dalam khalbu. Rasa senang tentu pasti ada bagi yang telah menyelesaikan studi, namun perasaan sedihpun juga serta merta tumbuh disaat harus berpisah dengan almamater tempat kami belajar. Perasaan yang kontradiktif itu tak bisa terhindarkan di hati ini karena begitu banyak pengalaman dan pelajaran yang didapatkan selama berada di dunia kemahasiswaan. Secara pribadi saya menyadari bahwa dalam tempo 5 tahun gelar sarjana yang saya peroleh bukanlah waktu yang singkat. Di usia seperti itu semestinya ada banyak pengetahuan yang harus di dapat, namun kenyataannya ilmu yang saya miliki masih begitu rendah. Tetapi perjalanan masih panjang, tak ada kata henti untuk belajar.


Saya menyadari bahwa jumlah putaran waktu tersebut tidak sebanding dengan pengetahuan saya yang masih sangat sederhana. Akibatnya rasa takutpun timbul ketika nantinya sudah berada dilaboratorium yang lebih luas, ilmu yang selama ini didapatkan tidak dapat dipertanggungjawabkan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Sementara begitu besar harapan masyarakat kecil terhadap jebolan mahasiswa yang dikenal sebagai kaum masyarakat ilmiah. Padahal tidak semua sarjana yang di cetak itu sama seperti yang diharapkan, tetapi begitulah pandangan mereka yang begitu besar memberikan penghargaannya. Untuk menjawab tantangan tersebut, ada subuah pepatah bijak yang harus dipegang oleh para sarjana sehingga dapat menghindar dari citra buruk itu. Seperti yang telah disampaikan perwakilan Kopertis Wilayah 9 dalam menutup sambutannya di acara wisuda kali ini yaitu :

“Berhati-hatilah dengan pikiran anda, karena dapat menjadi  ucapan anda. Berhati-hatilah dengan ucapan anda, karena dapat menjadi tindakan anda. Berhati-Hatilah dengan tindakan anda, karena dapat menjadi kebiasaan anda. Serta berhati-hatilah dengan Kebiasaan anda, karena dapat menjadi Karakter anda”.
***
Terbayang kembali begitu panjang perjalanan yang harus ditempuh dalam mengejar gelar sarjana. Selama di dunia kampus, aktifitas saya banyak dihabiskan hanya untuk bergaul dan bergelut di berbagai kegiatan kemahasiswaan. Orang bilang bahwa mahasiswa tanpa organisasi bagaikan seoarang manusia yang hidup tanpa cinta, dan secara empiris istilah itu benar adanya. Wawasan terasa sempit ketika hanya mengandalkan kuliah didalam ruangan saja, apalagi kualitas dari beberapa dosen yang masih perlu dipertanyakan. Dengan berorganisasi ilmu yang didapatkan dapat di aplikasikan serta dikembangkan dan di ikat melalui praktek dan forum-forum diskusi. Organisasi kemahasiswaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dunia pendidikan serta dapat dikatakan pula sebagai bagian dari pendidikan yang non formal. Karakter mahasiswa yang berorganisasi dan non organisasi dapat dibedakan dengan sangat mudah. Biasanya karakter dan pola pikir mereka yang tidak berorganisasi tak ubahnya seorang yang masih berseragam sekolah. Adapun cerita tentang berorganisasi dapat memperhambat kuliah hanyalah bagian dari propaganda untuk membunuh karakter mahasiswa.

Yakin Usah Sampai. . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar