Waktu terasa begitu singkat berganti,
mimpi selama ini untuk mencapai gelar sarjana akhirnyapun dapat terwujud. Meski
3 kali pelaksanaanya tertunda, pada akhirnya tanggal 11 Mei 2015 Unversitas
Dayanu Ikhsanuddin Baubau melaksanakan perayaan wisudanya yang ke-31 kalinya. Alhamdulillah saya seorang diantara mahasiswa
lainnya yang akan di kukuhkan mendapat gelar sarjana. Wisuda kali ini di ikuti
oleh 361 Mahasiswa dari 7 fakultas yang
ada di Unidayan. Acara berjalan penuh hikmat dan di hadiri oleh unsur Muspida se-jazira
Buton Raya diantaranya ialah Bupati Buton Selatan. Suara merdu yang di nyanyikan
oleh vokal group semakin menambah semaraknya kegiatan. Apa lagi saat lantunan
syair lagu "syukur" karya Husein Mutahar dinyanyikan pada acara
ini, hati semakin terhanyut dan larut dalam kesedihan mengingat begitu banyak
karunia yang telah di berikan oleh sang pencipta selama ini.
Suasana kesedihan itu kembali terasa
ketika harus mengingat orang yang dicintai tak bisa hadir disaat momen-momen
seperti ini. Sosok yang selalu mendukung setiap langkah saya untuk beraktualisasi
di dunia kemahasiswaan. Masih jelas terekam dalam ingatan pesan yang pernah
disampaikannya, bahwa selama ia mampu
membiayai saya untuk sekolah, jangan dulu pernah berfikir untuk cepat selesai
jika ilmu yang didapatkan masih belum cukup. Pesan inilah yang tak pernah
hilang meskipun pada akhirnya ia harus pergi duluan menghadap sang pencipta sebelum
harus melihat anak bungsunya ini mengenakan baju toga sarjananya. Beliau adalah Ayahanda tercinta, sosok inspirasi buat saya yang belum lama ini tutup usia.
Dibalik itu semua, saya yakin
terdapat maksud dan pesan yang baik dari takdir-Nya. Kata Hayati Hujan Tak
hanya mendatangkan basah,melainkan juga dapat membawa berkah. Letusan Gunung
berapi tidak semata-mata hanya dapat merusak tanaman, tetapi juga dapat
menyuburkan tanah serta memberi kehidupan yang lebih baik lagi bagi tanaman
disekitarnya. Dibalik Kesusahan pasti ada kemudahan (innama al'usri yusran) begitulah janji ALLAH S.W.T yang selalu menjadi
kekuatan bagi saya untuk dapat menjadi sosok yang lebih tegar. Bahwa
sesungguhnya larut dalam kesedihan bukanlah sebuah pilihan yang baik untuk kedepannya.
Perasaaan senang dan sedih tak dapat dipungkiri berperang
begitu hebat di dalam khalbu. Rasa senang tentu pasti ada bagi yang telah menyelesaikan studi, namun perasaan sedihpun juga serta merta tumbuh
disaat harus berpisah dengan almamater tempat kami belajar. Perasaan yang
kontradiktif itu tak bisa terhindarkan di hati ini karena begitu banyak
pengalaman dan pelajaran yang didapatkan selama berada di dunia kemahasiswaan. Secara
pribadi saya menyadari bahwa dalam tempo 5 tahun gelar sarjana yang saya
peroleh bukanlah waktu yang singkat. Di usia seperti itu semestinya ada banyak
pengetahuan yang harus di dapat, namun kenyataannya ilmu yang saya miliki masih
begitu rendah. Tetapi perjalanan masih panjang, tak ada kata henti untuk
belajar.
Saya menyadari bahwa jumlah putaran waktu
tersebut tidak sebanding dengan pengetahuan saya yang masih sangat sederhana. Akibatnya
rasa takutpun timbul ketika nantinya sudah berada dilaboratorium yang lebih luas,
ilmu yang selama ini didapatkan tidak dapat dipertanggungjawabkan di tengah-tengah
kehidupan masyarakat. Sementara begitu besar harapan masyarakat kecil terhadap jebolan
mahasiswa yang dikenal sebagai kaum masyarakat ilmiah. Padahal tidak semua sarjana
yang di cetak itu sama seperti yang diharapkan, tetapi begitulah pandangan mereka
yang begitu besar memberikan penghargaannya. Untuk menjawab tantangan tersebut,
ada subuah pepatah bijak yang harus dipegang oleh para sarjana sehingga dapat
menghindar dari citra buruk itu. Seperti yang telah disampaikan perwakilan
Kopertis Wilayah 9 dalam menutup sambutannya di acara wisuda kali ini yaitu :
“Berhati-hatilah dengan pikiran anda, karena dapat menjadi ucapan anda. Berhati-hatilah dengan ucapan
anda, karena dapat menjadi tindakan anda. Berhati-Hatilah dengan tindakan anda,
karena dapat menjadi kebiasaan anda. Serta berhati-hatilah dengan Kebiasaan
anda, karena dapat menjadi Karakter anda”.
***
Terbayang kembali begitu panjang perjalanan
yang harus ditempuh dalam mengejar gelar sarjana. Selama di dunia kampus, aktifitas
saya banyak dihabiskan hanya untuk bergaul dan bergelut di berbagai kegiatan kemahasiswaan.
Orang bilang bahwa mahasiswa tanpa organisasi bagaikan seoarang manusia yang hidup
tanpa cinta, dan secara empiris istilah itu benar adanya. Wawasan terasa sempit
ketika hanya mengandalkan kuliah didalam ruangan saja, apalagi kualitas dari beberapa
dosen yang masih perlu dipertanyakan. Dengan berorganisasi ilmu yang didapatkan
dapat di aplikasikan serta dikembangkan dan di ikat melalui praktek dan forum-forum
diskusi. Organisasi kemahasiswaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
dunia pendidikan serta dapat dikatakan pula sebagai bagian dari pendidikan yang
non formal. Karakter mahasiswa yang berorganisasi dan non organisasi dapat
dibedakan dengan sangat mudah. Biasanya karakter dan pola pikir mereka yang
tidak berorganisasi tak ubahnya seorang yang masih berseragam sekolah. Adapun
cerita tentang berorganisasi dapat memperhambat kuliah hanyalah bagian dari propaganda
untuk membunuh karakter mahasiswa.
Yakin Usah Sampai. . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar