Minggu, 06 April 2014

BELAJAR MEMAHAMI FILOSOFI PEMERINTAHAN


              Pemimpin dan pemerintah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat terpisahkan. Baik-buruk, dan benar-salah jalannya roda pemerintahan tergantung bagaimana peran pemimpin di dalamnya. Secara umum banyak teori yang membahas tentang gaya-gaya kepemimpinan dalam pemerintahan. Akan tetapi yang terpenting adalah memahami tentang filsafat pemerintahan itu sendiri. Karakter  kepemimpin dapat dinilai dan terbentuk melalui filsafat pemerintahan ini. Disisi lain juga  karakter seorang pemimpin  sangat erat kaitannya dengan kredibilitas, oleh karenanya kepemimpinan tanpa kredibilitas cepat atau lambat pasti akan hancur.
              Inu kencana Syafiie dalam bukunya Sistem Administrasi Negara Indonesia membagi 3 bagian dalam filsafat pemerintahan yakni, logika, etika dan estetika. Dari ketiga kriteria tersebut, tentunya dibutuhkan suatu kesinambangan sehingga dalam menjalankan roda pemerintahan dapat berjalan dengan baik, benar, dan  indah. Logika melakukan penilaian yang memisahkan antara benar-salah, etika memisahakan antara baik-buruk, sementara estetika menilai dari sudut pandang keindahan. Dari ketiga makna filsafat inilah yang perlu di perhatikan pemimpin dalam menjalankan roda pemerintahannya sehingga dapat berjalan dengan sangat begitu teratur.
              Apabila seorang pemimpin dalam menjalankan pemerintahan hanya menggunakan dari sudut pandang  logikanya saja, maka belum tentu tindakan yang dilakukan tersebut memiliki kebaikan secara moral. Contoh kasus misalkan untuk menertibkan pedagang kaki lima, yang besangkutan langsung main usir, inilah yang disebut dengan benar secara logika, akan tetapi tidak baik dari segi etika, begitu pula sebaliknya.
              Belum lama ini Pemkot Baubau kembali di hebohkan dengan pengangkatan sekretaris kota yang ramai menjadi perbincangan. Meskipun tidak sesadis pesta non job yang lalu, pengangkatan sekot baru ini melahirkan banyak pula pertanyaan sebab pengangkatan ini terkesan tertutup dan cenderung dadakan. Tak perlu menunggu waktu yang lama, masa jabatan Ahmad arfah yang tinggal enam bulan lagi berakhir, bagai sebuah pengkudetaan di copot dari jabatannya.
              Disini kita lihat apakah aneh atau tidak dalam pengangkatan yang dilakukan sudah berdasarkan ketentuan aturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila kita hubungkan antara pelantikan sekot tersebut dengan ilmu filsafat pemerintahan, maka jika di pand         ang dari aspek Logika  bahwa pelantikan tersebut benar saja dilakukan, akan tetapi belum tentu baik dari segi moral (etika) pemerintahan. Sebab hanya akan dapat memberikan nuansa pembelajaran yang tidak baik yang dapat melahirkan benih ketidak harmonisan. Sehingga keliru jika walikota mengatakan tidak ada yang aneh dalam pergantian sekretaris daerah baubau. Sebab sudut pandang yang yang digunakan untuk menilai itu hanya menggunakan pendekatan logika semata akan tetapi mengabaikan 2 aspek lainnya dalam ilmu filsafat pemerintahan yaitu “Etika, dan Estetika”.
          Keseimbangan ini sangat penting tentunya dalam menjalankan roda pemerintahan. Sikap kontrofersi yang ditunjukan pemimpin kita saat ini, menunjukan betapa pentingnya pejabat kepemimpinan pemerintahan kota baubau dalam ilmu pmerintahan perlu untuk belajar dan memahami makna dari filsafat pemerintahan tersebut. Maksudnya adalah dapat mengetahui apa yang baik dan benar bagi masyarakat dan pemerintahan itu sendiri, dan jauh dari fanatisme apalagi fundamentalis.
          Baik adalah ukuran moral bagi aparat pemerintah, sedangkan kebenaran adalah ukuran logika pemerintahan. Mereka yang mengandalkan logika tanpa moral cenderung tirani dalam kekuasaannya. Sementara itu mereka yang mengandalkan moral tanpa logika akan membiarkan masyarakatnya dapat menggangu efektifitas pemerintahan. Good governance, dan clean goverment sebagai bagian dari agenda reformasi pun tidak terwujud.
            
Baubau, 23 Juli 2013

SYAHRIL.H        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar