Pemimpin dan
pemerintah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat terpisahkan.
Baik-buruk, dan benar-salah jalannya roda pemerintahan tergantung bagaimana
peran pemimpin di dalamnya. Secara umum banyak teori yang membahas tentang
gaya-gaya kepemimpinan dalam pemerintahan. Akan tetapi yang terpenting adalah memahami
tentang filsafat pemerintahan itu sendiri. Karakter kepemimpin dapat dinilai dan terbentuk
melalui filsafat pemerintahan ini. Disisi lain juga karakter seorang pemimpin sangat erat kaitannya dengan kredibilitas,
oleh karenanya kepemimpinan tanpa kredibilitas cepat atau lambat pasti akan
hancur.
Inu kencana Syafiie dalam bukunya
Sistem Administrasi Negara Indonesia membagi 3 bagian dalam filsafat
pemerintahan yakni, logika, etika dan estetika. Dari ketiga kriteria tersebut,
tentunya dibutuhkan suatu kesinambangan sehingga dalam menjalankan roda
pemerintahan dapat berjalan dengan baik, benar, dan indah. Logika
melakukan penilaian yang memisahkan antara benar-salah, etika memisahakan antara baik-buruk, sementara estetika menilai dari sudut pandang keindahan. Dari ketiga makna
filsafat inilah yang perlu di perhatikan pemimpin dalam menjalankan roda
pemerintahannya sehingga dapat berjalan dengan sangat begitu teratur.
Apabila seorang pemimpin dalam
menjalankan pemerintahan hanya menggunakan dari sudut pandang logikanya saja, maka belum tentu tindakan yang
dilakukan tersebut memiliki kebaikan secara moral. Contoh kasus misalkan untuk
menertibkan pedagang kaki lima, yang besangkutan langsung main usir, inilah
yang disebut dengan benar secara logika, akan tetapi tidak baik dari segi
etika, begitu pula sebaliknya.
Belum lama ini Pemkot Baubau kembali di hebohkan dengan pengangkatan sekretaris
kota yang ramai menjadi perbincangan. Meskipun tidak sesadis pesta non job yang
lalu, pengangkatan sekot baru ini melahirkan banyak pula
pertanyaan sebab pengangkatan ini
terkesan tertutup dan cenderung dadakan. Tak perlu menunggu waktu yang lama, masa
jabatan Ahmad arfah yang tinggal enam bulan lagi berakhir, bagai sebuah
pengkudetaan di copot dari jabatannya.
Disini
kita lihat apakah
aneh atau tidak dalam pengangkatan yang dilakukan
sudah
berdasarkan ketentuan aturan perundang-undangan yang
berlaku. Apabila
kita hubungkan
antara pelantikan sekot tersebut dengan ilmu filsafat pemerintahan, maka
jika di pand ang
dari aspek Logika bahwa pelantikan tersebut benar saja dilakukan, akan
tetapi belum tentu baik dari segi moral (etika)
pemerintahan. Sebab hanya akan dapat memberikan nuansa pembelajaran yang tidak
baik yang dapat melahirkan benih ketidak harmonisan. Sehingga keliru jika walikota
mengatakan tidak ada yang aneh dalam pergantian sekretaris daerah baubau. Sebab
sudut pandang yang yang digunakan untuk menilai itu hanya menggunakan
pendekatan logika semata akan tetapi mengabaikan 2 aspek lainnya dalam ilmu
filsafat pemerintahan yaitu “Etika, dan Estetika”.
Keseimbangan ini sangat penting tentunya dalam menjalankan roda pemerintahan. Sikap
kontrofersi yang ditunjukan pemimpin kita saat ini, menunjukan betapa
pentingnya pejabat kepemimpinan pemerintahan kota baubau dalam ilmu pmerintahan
perlu untuk belajar dan memahami makna dari filsafat pemerintahan tersebut. Maksudnya
adalah dapat mengetahui apa yang baik dan benar bagi masyarakat dan
pemerintahan itu sendiri, dan jauh dari fanatisme apalagi fundamentalis.
Baik adalah ukuran moral bagi aparat pemerintah, sedangkan
kebenaran adalah ukuran logika pemerintahan. Mereka yang mengandalkan logika
tanpa moral cenderung tirani dalam kekuasaannya. Sementara itu mereka yang
mengandalkan moral tanpa logika akan membiarkan masyarakatnya dapat menggangu
efektifitas pemerintahan. Good governance, dan clean goverment sebagai bagian
dari agenda reformasi pun tidak terwujud.
Baubau,
23 Juli 2013
SYAHRIL.H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar