Kamis, 03 April 2014

Pergolakan Parpol : Antara Kekuasaan Dan Ideologi





Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat beragam akan suku dan bangsa. Keberagaman ini dapat mejadi sebuah kekayaan tersendiri bagi indonesia, jika dapat di kelola dengan baik dan selalu berjalan beriringan. Namun akan menjadi sebuah malapetaka bagi indonesia jika perbedaan tersebut menjadi sebuah permasalahan yang  tidak dapat di tuntaskan. Sejarah mencatat  bahwa, bangsa Indonesia selalu di perhadapkan dengan konflik internal yang bersumber dari perbedaan Ideologi.


Sejak kemerdekaan, sistem politik indonesia mendapatkan persoalan yang begitu pelik dalam mempertahankan konsep persatuan dan kesatuan. Partai politik yang di percaya menjadi sebuah sarana yang dapat mengakomodir kepentingan masyarakat pun dilanda dengan sebuah pertarungan ideologi. Kita catat beberapa ideologi yang sangat berpengaruh terhadap kondisi indonesia yang terselubung pada paham Nasionalis,Komunis,Islamisme dan Militerisme.


Paham Nasionalisme dikenal dengan menumbuhkan jiwa patriotosme  sebagai bentuk kecintaan terhadapa tanah air dengan menjujung konsep persatuan dan  kesatuan. Komunisme adalah sebuah aliran pemikiran sosialis radikal Marxisme-leninisme dengan melakukan pembebasan manusia dari keterasingan pekerjaan ataupun pengahpusan kelas sosial bahkan merujuk pada pengahapusan kepemilikan pribadi menjadi kepemilikan kolektif demi menyelamtkan negara dari kesengsaraan rakyat. Islamisme  berpegangan pada penegakan nilai-nilai islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan sebuah kecelakaan sejarah politik di indonesia bahwa Militer dapat mengambil peran dan mempengaruhi suhu  perpolitikan Indonesia dengan membawa semangat keutuhan dan keamanan negara menjadi  senjata utamamanya.

Pergolakan Ideologi partai politik sangat bgitu terasa saat itu  di masa pemerintahan Orde lama maupun di masa kepemimpinan Orde Baru.  Pergolakan tersebut menandakan begitu pentingnya sebuah ideologi dan begitu bermaknanya dalam setiap nafas perjuangan politik masyarakat yang akan di bawah ke system pemerintahan. Akan tetapi sejarah kelam pernah melanda perpolitikan Indonesia akibat dari pertarungan ideologi tersebut  yang di tandai dengan  persitiwa G30S/PKI.  Namun sejarah tersebut menggambarkan kita bahwa ideologi saat itu menjadi sebuah roh dan identitas partai yang sangat berpengaruh dalam mewakili aspirasi politik msyarakat dalam perjuangan partai politik.


Hanya saja pergolakan ideologi partai politik di masa reformasi saat ini tidak begitu  terlihat di tubuh partai politik. Partai politik nampak kering akan sebuah ideologi sebagai  sandaran perjuangannya. Ideologi hanya menjadi sebuah rangkaian kata filosofi indah semata yang di bungkus sebaik mungkin. Bahkan sebagaian politkus saat ini mengaggap bahwa ideologi  bukan lagi sesuatu yang di pilih dalam pertarungan politik.  Harta, tahta dan kekuasaan menjadi daya tarik utama sebagai garis perjuangan maupun dalam mendirikan sebuah partai politik. Tidak heran jika praktik suap, sogok,menyogok,korupsi dan penyakit masyarakat lainya di pertontonkan ketika menjadi wakil rakyat.


Fenomena tersebut justru akan melahirkan mayoritas masyarakat yang serba kekurangan serta segelintir masyarakat yang menikmati keuntungan (Kapitalisme). Yang kaya semakin kaya, dan yang  miskin semakin miskin akan melahirkan di tengah-tengah masyarakat gap sosial-ekonomi tentunya sangat berpotensi akan mendorong lahirnya gerakan sosial. Tuntutan keadilan, serta pemerataan, penghapusan kelas yang sangat di gemari kaum komunis kemungkinan akan hadir kembali dalam kondisi bangsa yang semakin carut-marut seperti saat ini. Politik kekerasan pun sebagai bentuk perlawanan dalam meneriakan persamaan hak dapat menimbulkan tindakan represif serta menggangu ketertiban dan  keamanan.


Berangkat dari hal tersebut ancaman terhadap keamanan dan ketertiban akan menjadi sebuah tantangan besar bagi Indonesia ketika permasalahan ini terus menerus terjadi. Konidisi seperti ini akan membuat  masyarakat kembali merindukan sosok militer utuk di butuhkan dalam sistem penyelenggaraan negara. Oleh karena itu jika posisi seperti ini terus menerus terjadi, maka tidak menutup kemungkinan dapat mengulang kembali peristiwa perseteruan antara ideologi komunis dan militer seperti persitiwa G30S/PKI tahun 1965 yang penuh dengan pertumpahan darah.

          Hal ini kurang di sadari oleh pelaku politik praktis sekarang ini. Tidak adanya sebuah garis perjuangan yang jelas dalam mewakili aspirasi masyrakat menjadi kondisi partai politik semakin carut marut. Pertarungan partai pun tidak jelas arah perjuangan apakah antara ideologi ataukah semata-mata hanya mencari kedudukan dan kekuasaan semata. Sebab tidak banyak saat ini banyak partai  politik mengabaikan persoalan ideologi tersebut. Hal ini dapat kita lihat dengan banyaknya figur yang di tawarkan partai politik untuk di pilih tidak memiliki latar belakang yang jelas. Kebanyakan di antara mereka di pungut dari kalangan yang memiliki harta  berlimpah atau sebatas tenar semata. Sistem recruitment dalam  rangka melakukan pembinaan tersebut tidak di  lakukan, sebab calon yang di usung tersebut mayoritas bukan dari kader yang berproses di partai itu sendiri  yang ideologi perjuangannya perlu di pertanyakan.


Bagaimana mungkin sebuah misi perjuangan umat dan bangsa dapat terjadi sementara partai politik tersebut mengubur ideologi perjuangannya. Ketika ideologi tersebut tidak kokoh maka nafas perjuanganpun tidak akan tersusun dengan rapi dan pasti tidak akan berakibat baik bagi masyarakat maupun negara. Sementara Allah SWT menjelaskan dalam  firmannya bahwa “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalannya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti bangunan yang tersusun kokoh” (Qs.Ash Shof : 4). Oleh karena itu sangat begitu penting bagi partai politik untuk tetap konsisten dalam menjalankan ideologinya. Apa lagi pandangan  yang  di anutnya tersebut senantiasa  berada di bawah garis kebenaran yang bermanfaat baik bagi masalah keumatan maupun memperbaiki kondisi kebangsaan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar