Bumi
telah di titipakan oleh Yang Maha Kuasa kepada manusia untuk menjadi Raja di
dalamnya. (Qs. Al Baqarah : 30). Maka sudah sebuah keharusan bagi manusia,
untuk selalu mencintai alam sebagai tempat tinggalnya. Sebab tanpa rasa cinta,
niatan untuk menjaga ,melindungi, serta melestarikan alam tidak akan pernah
tumbuh di benak pikiran manusia.
Mapali Giri jaya Hadir sebagai sebuah
organisasi yang bergerak dalam memupuk dan menumbuhkan rasa kepedulian
mahasiswa dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Mereka sang serdadu rimba (Sapaan akrap Pecinta
Alam) berpendapat bahwa alam adalah sahabat sejati yang dapat memberikan arti dari makna
kehidupan yang sebenarnya.
Sebagian kelompok mahasiswa lainya
menilai bahwa MAPALI Giri Jaya adalah organisasi yang perlu di jauhi. Sebab
kegiatan dari organisasi ini di anggap tidak baik karena aktifitas kegiatannya
dihabisi dengan hura-hura, jalan-jalan dan berpetualang yang tidak ada
manfaatnya. Asumsi tersebut bisa di pastikan timbul bagi kelompok mahasiswa
yang tidak dapat menggunakan kerangka pikir ilmiahnya. Penialaian yang
dilakukan hanya dengan melihat dari segi tampak luarnya saja.
Bagi sang serdadu rimba di Unidayan,
bahwa dengan berinteraksi kepada alam, gunung, hutan, lembah, aliran sungai dan
ombak di laut adalah sebuah proses dari bagian pensucian jiwa. Proses yang
membuat mereka dapat lebih tenang dan mengenal sang pencipta akan keindahan dan
megahnya alam ciptaanya. Bahwa apabila kita
senantiasa berdialog dengan alam, maka dengan sendirinya akan
memupuk rasa cinta pada tanah air dan membangkitkan perasaan patriotisme.
Mencintai alam dan lingkungan adalah sebuah mediah untuk memupuk rasa kecintaan
terhadap lingkungan. Maka yang berkaitan dengan alam, Mapali akan tetap selalu
ada untuk pelsetarian dalam perbaikan lingkungan hidup.
Namun yang namanya manusia tetaplah manusia. Setiap manusia pasti memiliki lembaran hitam tak seperti malaikat yang selalu suci. Sang serdadu pun menjadi buah bibir hampir disemua kalangan kampus Unidayan. Akibat oknum beberapa kader yang sering mempertontonkan mengkonsumsi akohol di depan umum,akibatnya wajah organisasi ini di identikan dengan minuman keras. Siapapun yang mabuk maupun sedang menkonsumsi alkohol, meski pengguna tersebut bukanlah bagian dari kader Mapali, pandangan khalayak pun menilai bahwa itu adalah Mapali. Hanya karena ulah seseorang citra buruk pun langsung di lekatkan pada organisasi ini. sadar tidak sadar bahwa setiap orang yang melakukan penilai seperti itu sebenarnya dia telah terjebak dalam kesalahan berfikir.
Jalaludin
Rakhmat dalam bukunya rekayasa sosial menyebutnya dengan istilah Fallacy Of Dramatik Instance. Makasudnya adalah
kecenderungan orang yang di kenal dengan Over-Generalization. Yaitu penilaian
dengan mengangkat satu/dua buah kasus dijadikan sebuah kesimpulan yang bersifat
umum. misalkan seperti contoh berikut : Dosen
A Unidayan Melakukan Pungli, dosen “B”
Unidayan Melakukan Pungli, maka di simpulkan semua Dosen Unidayan melakukan pungli. Penilaian seperti inilah
yang dirasakan oleh Mapali giri Jaya.
Ironisnya setiap kita mendengarkan orang membicarakan tentang organisasi ini, hampir semua yang di perbincangkan pasti tentang keburukannya. Mapali pun bagaikan sebuah nama yang begitu menyeramkan di dengar. Jarang kita mendengar diskusi-diskusi yang yang sifatnya solutif dalam melepaskan wabah tersebut yang hinggap di organisasi ini seperti manusia yang sedang frustasi. Sebenarnya perilaku semacam itu bukan semata-mata murni hadir karena telah ditentukan (determinsm) yang tidak dapat di ubah lagi. Kemungkinan lahir akibat dari kurangnya perhatian yang di dapatkannya. Perasaan seperti ini mungkin juga dirasakan oleh Mapali giri jaya sehingga aktifitas yang seharusnya tidak dilakukan tersebut dapat terjadi dan sering kita saksikan dalam kehidupan kampus Unidayan.
Ironisnya setiap kita mendengarkan orang membicarakan tentang organisasi ini, hampir semua yang di perbincangkan pasti tentang keburukannya. Mapali pun bagaikan sebuah nama yang begitu menyeramkan di dengar. Jarang kita mendengar diskusi-diskusi yang yang sifatnya solutif dalam melepaskan wabah tersebut yang hinggap di organisasi ini seperti manusia yang sedang frustasi. Sebenarnya perilaku semacam itu bukan semata-mata murni hadir karena telah ditentukan (determinsm) yang tidak dapat di ubah lagi. Kemungkinan lahir akibat dari kurangnya perhatian yang di dapatkannya. Perasaan seperti ini mungkin juga dirasakan oleh Mapali giri jaya sehingga aktifitas yang seharusnya tidak dilakukan tersebut dapat terjadi dan sering kita saksikan dalam kehidupan kampus Unidayan.
Fenomena
seperti ini pun di sadari oleh sang serdadu rimba. Bukan semata-mata diantara
kader Mapali malas tau akan hal itu. Namun di antara mereka pula masih berusaha
mencari jalan untuk menjauhkan penilaian buruk tersebut. Namun dalam
memperbaiki citra tersebut tidak segampang membalikan telapak tangan, butuh
sebuah langkah-langkah untuk dapat merubahnya, dan tentunya perlu mendapat
dukungan langsung dari pihak kampus dalam rangka pengembangan bakat mereka.
Dengan langka mengembangkan bakat tersebut kiranya dapat mengurangi wabah yang
mengahantui Mapali dengan senantiasa di isi dengan kegiatan-kegiatan yang sehat
dan positive.
Tidak selamanya yang buruk selalunya
jahat. Bukan semata-mata pula keburukan yang di miliki sang serdadu tersebut
mutlak adanya. Bahwa sebanrnya mereka
juga masih memiliki semangat, potensi,
dan bakat yang perlu di kembangkan. Tak sedikit diantara mereka dapat meraih
prestasi dalam mengharumkan nama Unidayan pada kegiatan kemahasiswa di tingkat
regional maupun di tingkat Nasional.
mantap
BalasHapusSalut buat penulis sja..
BalasHapus