Dalam konstalasi arus perubahan
sosial yang tidak stabil, diharapkan tindakan pola pikir dan gerakan mahasiswa tentunya tetap berjalan
sesuai koridor sehingga tidak terkontaminasi dengan ideology tertentu. Namun fenomena
yang cenderung terlihat dalam setiap gerakan mahasiswa telah terjadi pergeseran
orientasi yang bersifat politis.
Nuansa politis tersebut bisa diamati secara ontologis atau materi gerakannya.
Sebab dewasa ini, banyak gerakan mahasiswa yang terlihat hanya melegitimasi
kepentingan kekuasaan yang hanya dapat di nikmati oleh segelintir orang atau
kelompok tertentu.
Memang,
banyak kalangan menyaksikan peran dan perilaku kaum intelektual yang sudah
keluar dari tugasnya. Hal ini terbukti dengan masih adanya media-media
informasi yang memberitakan tentang tindak premanisme mahasiswa melalui aksi
tawuran, disisi lain juga masih sering terlihatnya keterlibatan mahasiswa dalam
politik praktis serta romantisme dengan para pejabat pemerintahan, sehingga
terindikasi kaum intelektual adalah sosok yang pragmatis dan hanya
mengedepankan kepentingan pribadi.
Berangkat
dari problem yang terjadi di tubuh
mahasiswa seperti ini, maka tentu tingkat kepercayaan masyarakat akan hadirnya
kaum intelektual semakin berkurang. Sebenarnya tidak ada masalah kaum
intelektual berkolaborasi dengan kekuasaan, tetapi kedekatan itu mahasiswa
sebagai kelompok penengah (Midle clas)
menjadikan kedekatan tersebut sebagai instrumen atau sarana perjuangan untuk
menyeleseaikan segalah masalah sosial sehinngga kesenjangan masyarakat dapat
teratasi.
Memasuki
tahun ajaran baru, seluruh komponen lembaga kemahasiswaan kampus mempersiapkan
pesta penyambutan bagi seluruh mahasiswa baru dengan melalui orientasi
pengenalan kampus (Ospek). Dalam upaya merekonstruksi kembali pemikiran dan
pergerakan mahasiswa, secara garis besar yang perlu di pertegas kembali antara
lain yakni mempertegas sistem pengkaderan dimasa ospek dengan penanaman moral
dan militansi gerakan yang lebih agresif dalam melakukan kerja-kerja kongret
yang menyentuh hajat hidup masyarakat secara luas, selain itu mempertegas
intelektualisme dan independensi organisasi.
Secara
sederhana kaum intelektual dapat dipahami sebagai man of ideas, kelompok pemikir yang mempunyai horison keilmuan
luas, komitmen moral dan kepedulian sosial yang tinggi. Kaum intelektual tidak
pernah mengejar kepentingan praktis yang hanya bersifat kebendaan semata. Tugas mereka adalah mencari
kebenaran, keadilan untuk kesejahteraan masyarakat. Semestinya gerakan
mahasiswa lebih menekankan aspek konseptualisasi dan mekanisme yang mendorong
tumbuh dan berkembangnya demokratisasi secara politik, keadilan secara sosial, guna terwujudnya masyarakat
adil makmur. Dengan perkataan
lain, masyarakat saat ini membutuhkan gerakan mahasiswa berkaitan langsung
dengan permasalahan serta menyentuh kehidupan masyarakat.
(Sumber : Sejarahku2011.blog.com) |
Mahasiswa
adalah asset Negara yang sangat penting, sebab ditangan mereka terdapat sebuah tongkat estafet kepemimpinan, artinya
bahwa mahasiswa merupakan salah satu generasi penerus bangsa. Untuk itu
dibutuhkan suatu karakter mahasiswa sebagaimana dengan tugas dan
perannya. Apalagi UNIDAYAN sebagai salah satu perguruan tinggi terbesar dan
tertua di sulawesi tenggara tentunya perlu
menanamkam dan menumbuhkan kembali bahwa Pancasila, serta akhlak dan
budaya sebagai dasar gerak, sehingga dapat membawa masa depan bangsa yang
lebih baik dan bermartabat karena kaum intelektual mempunyai peranan penting
dan strategis dalam kemayarakatan khususnya di kota Baubau.
Baubau, 13 Sepetember 2013
SYAHRIL.H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar